Apaan itu MBTI ?
Apaan itu MBTI?
Hai, Sahabat Ngawur!
Setelah berbagai cerita tentang perjalanan gw bertemu MBTI dan bagaimana gw memandang sisi kepribadian sebagai potensi yang berharga dan patut di syukuri, kali ini gw akan membagikan sedikit tentang pengertian MBTI yang sudah gw kuasai sejauh gw melangkah saat ini.
MBTI (Myers-Briggs Type Indicator)
Carl Gustav Jung dilahirkan pada tanggal 26 Juli 1875 di Kesswyl (Switzerland) dan wafat pada tanggal 6 Juni 1961 di Kusnacht (Switzerland). Di masa kanak-kanak Jung sudah sangat terkesan dengan mimpi, visi supernatural, dan fantasi. Ia menyakini bahwa dirinya memiliki informasi rahasia tentang masa depan dan berfantasi bahwa dirinya merupakan dua orang yang berbeda.
Hai, Sahabat Ngawur!
Setelah berbagai cerita tentang perjalanan gw bertemu MBTI dan bagaimana gw memandang sisi kepribadian sebagai potensi yang berharga dan patut di syukuri, kali ini gw akan membagikan sedikit tentang pengertian MBTI yang sudah gw kuasai sejauh gw melangkah saat ini.
MBTI (Myers-Briggs Type Indicator)
- Mengenal Carl Gustav Jung
![]() |
Carl Jung |
Jung lulus dari fakultas kedokteran di University of Basel dengan spesialisasi di bidang psikiatri pada tahun 1900. Pada tahun yang sama iabekerja sebagai assistant di rumah sakit jiwa Zurich yang membuatnya tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang kehidupan para pasien schizophrenic yang akhirnya membawa Jung melakukan kontak dengan Freud. Setelah membaca tulisan Freud yang berjudul Interpretation of Dreams, Jung mulai melakukan korespondensi dengan Freud. Akhirnya mereka bertemu di rumah Freud di Vienna tahun 1907.
Dalam pertemuan tersebut Freud begitu terkesan dengan kemampuan intelektual Jung dan percaya bahwa Jung dapat menjadi juru bicara bagi kepentingan psikoanalisa karena ia bukan orang Yahudi. Jung juga dianggap sebagai orang yang patut menjadi penerus Freud dan berkat dukungan Freud, Jung kemudian terpilih sebagai presiden pertama International Psychoanalytic Association pada tahun 1910. Namun pada tahun 1913, hubungan Jung dan Freud menjadi retak. Tahun berikutnya, Jung mengundurkan diri sebagai presiden dan bahkan keluar dari keanggotaan assosiasi tersebut. Sejak saat itu Jung dan Freud tidak pernah saling bertemu.
![]() |
Sigmund Freud |
b. Mengenal Teori Jung Setelahnya dan Keluarga Myers Briggs
MBTI atau Myers Briggs Type Indicator, merupakan sebuah metode pengukuran berbentuk kuesioner yang digunakan untuk membaca kepribadian seseorang, khususnya untuk memahami bagaimana seseorang menilai sesuatu dan membuat keputusan.
Tujuan dari MBTI ini adalah membuat teori tipe kepribadian C.G Jung (1921-1971) lebih mudah dimengerti dan digunakan untuk kehidupan orang banyak. Hal ini berdasarkan pemikiran Jung mengenai persepsi, judgment dan sikap yang digunakan oleh setiap tipe yang berbeda dari individu. Persepsi adalah kemampuan psikologis individu untuk sadar pada hal-hal,orang-orang dan ide-ide. Judgment melibatkan berbagai cara untuk menyimpulkan apa yang telah dipersepsikan individu tersebut. Kalau orang berbeda satu sama lain ketika mempersepsikan sesuatu juga ketika melakukan judgment, maka perbedaan ini juga mempengaruhi minat, ketrampilan, nilai-nilai serta reaksi mereka.
Metode ini akhirnya dikembangkan oleh Katharine Cook Briggs dan putrinya Isabel Briggs Myers ketika mereka mengemukakan buku yang ditulis Carl Jung yaitu Psychological Types. Di tahun 1962 M saat masa Perang Dunia II MBTI mulai diperkenalkan dengan tujuan awal untuk membuat teori kepribadian C.G Jung ini dapat diaplikasikan dalam penggunaan praktis dan lebih mudah dimengerti, sehingga dapat membantu para pekerja untuk menemukan pekerjaan yang paling cocok dengan diri mereka.
Berbagai tes kepribadian memang telah dikenal dan dikembangkan selama beratus-ratus tahun lamanya, meski demikian sampai hari ini belum ada teori maupun alat tes yang benar-benar memiliki keakuratan seratus persen dalam mengidentifikasikan tipe kepribadian manusia, hal ini tentu tidak lepas dari keterbatasan kemampuan manusia untuk mampu memahami cara kerja otak sebagai sebuah ciptaan Sang Kuasa yang ia ciptakan dengan begitu unik, sehingga menjadikan nyaris tidak ada manusia yang benar-benar sama di muka bumi ini (atau mungkin benar-benar tidak ada).
Setelah berkembang pesat, Tes Kepribadian MBTI yang masuk kedalam jenis tes kepribadian Objektif ini meskipun telah menjadi Tes Kepribadian yang boleh dikatakan terpopuler untuk jenisnya, dan telah dikenal sebagai salah satu Tes Kepribadian terakurat namun tetap saja tidak akan mampu terlepas dari ketidaksempurnaan ciptaan manusia. Mungkin kita pernah mendengar tipe-tipe kepribadian seperti kholeris, sanguinis, melankolis & phlegmatis. Tipologi kepribadian tersebut dikembangkan oleh filsuf Yunani kuno bernama Hipokrates yang kemudian dilanjutkan oleh Claudius Galen. Ilmu membaca kepribadian seseorang memang bukan hal baru dan sudah dikembangkan beratus-ratus tahun lamanya. Namun, sampai hari ini belum ada teori maupun alat (tes) yang bisa menjelaskan 100% akurat mengenai kepribadian dan perilaku seseorang. Sebab manusia itu unik. Hampir tidak ada manusia yang sama satu sama lain, walaupun mereka kembar identik. Namun demikian setidaknya jika kita menggunakan prinsip hukum 20/80 dari Vilfredo Pareto, yang berarti “kita dapat menggunakan alat ukur yang hanya mengukur 20% saja namun mampu mewakili sebagian besar (80%) aspek yang diukur”, maka kita dapat memahami tentang hasil test ini bahwa paling tidak dapat memberikan gambaran dari Tipe Kepribadian audiensnya (meskipun bukan cerminan sempurna).
Sumber ini gw pernah temukan di media blogger juga, namun ternyata website yang ia miliki sudah tidak aktif. Yah, mau bagaimana lagi? Selagi ilmu masih di gunakan pada niat dan tujuan yang bermanfaat, lebih baik di bagikan daripada ia akan di telan oleh masa. Haha xD
Lanjut lagi, ya Sahabat Ngawur!
Lanjut lagi, ya Sahabat Ngawur!
Jadi, bagaimana cara kerja MBTI menebak 'kerangka' dari kepribadian manusia? Caranya adalah kepribadian tersusun dari Empat Skala Kecenderungan di dalam setiap unsur kepribadian.
Berikut adalah Empat Skala Kecenderungan, diantaranya;
- Extrovert(E) vs. Introvert(I): Orientasi Energi
Dimensi EI melihat bagaimana seseorang mendapatkan energi mereka, dan bagaimana mereka menyalurkan energi mereka. Apakah mereka mendapatkan energi lebih dominan dari Lingkungan luar, ataukah dari dalam diri mereka sendiri. Extrovert mengambil energi dari lingkungan luar diri mereka (orang lain), mereka menyukai dunia luar, interaksi sosial atau bergaul adalah cara terbaik bagi mereka untuk menemukan energi mereka, mereka akan merasakan hidup saat semakin banyak orang yang berada di sekeliling mereka. Mereka berorientasi pada action, mereka akan lebih memilih untuk bertindak terlebih dahulu, lalu setelahnya barulah merefleksi apa yang mereka lakukan. Pribadi extrovert dominan baik dalam hal berinetraksi dengan orang lain, serta hal-hal yang bersifat operasional. Sedangkan Introvert, yang hanya memiliki sedikit sekali populasi jika dibanding Extrovert yakni hanya sebesar sekitar
25% dari populasi dunia adalah mereka yang mengumpulkan energi dari dalam diri mereka, mereka akan lebih memilih untuk memikirkan apa yang akan mereka lakukan, barulah melakukan hal tersebut. Mereka cenderung lebih senang menyendiri, dan merenung, tidak begitu suka bergaul dengan banyak orang, dan mereka cenderung menjadi pencetus ide yang baik. Umumnya mereka mampu bekerja sendiri, penuh konsentrasi dan focus.
Sederhananya introvert – extrovert dapat dibedakan dengan cara berikut:
1. Extrovert berorientasi pada tindakan, sementara Introvert berorientasi pada Ide.
2. Extrovert mencari “luasnya” pengetahuan dan pengaruh, sementara Introvert mencari “kedalaman” pengetahuan dan pengaruh.
3. Extrovert lebih mementingkan seringnya interaksi, sementara Introvert lebih mencari “kedalaman” dalam interaksi.
4. Extrovert mengisi kembali, dan mendapatan energi mereka dengan menghabiskan waktu bersana orang lain. Sedangkan Introvert mengisi dan mendapatkan energi mereka dengan menyendiri. Dan mereka menggunakan energi mereka dengan cara sebaliknya.
- Sensing (S) vs. Intuition (N): Cara Mengolah Informasi
Dimensi Sensing-Intuition (SN) melihat bagaimana individu memahami dan menilai sebuah informasi baru yang mereka terima. Seorang sensing umumnya sangat realistis, memandang imajinasi sebagai hal yang dramatis, dan banyak menghabiskan waktu. Mereka menilai sesuatu berdasarkan fakta yang jelas, realistis, mereka melihat informasi dengan apa adanya. Mereka berpedoman pada pengalaman, dan biasanya hanya menggunakan metode-metode yang telah terbukti. Fokus pada masa kini, sehingga baik dalam perencanaan teknis dan detail yang bersifat aplikatif. Sementara seorang Intuition akan memproses data dengan melihat pola, dan hubungan. Biasanya memiliki pemikiran yang abstrak, konseptual, serta melihat berbagai kemungkinan yang mungkin terjadi. Mereka imajinatif, dan memilih cara untuk dan berfokus pada masa depan, yakni pada apa yang mungkin bisa dicapai di masa depan. Seorang intuiting adalah sosok yang inovatif, penuh inspirasi, ide unik. Mereka baik dalam menyusun konsep, ide, dan visi jangka panjang.
Secara gambang, bahwa Sensing – Intuition dapat dibedakan dengan cara:
Sensing lebih menerima sumber informasi yang bersifat fisik, fakta atau
detail yang relevan, simbol secara harafiah (mudah di artikan), sebagai petunjuk dari yang sedang
terjadi saat-saat ini. Intuition lebih menerima informasi yang bersifat
implikatif, kemungkinan masa depan, pencari makna (alegori), intisari, sebagai
petunjuk yang tersirat dari hal yang ada di realita.
Sensing sangat terikat dengan waktu, stabil
dengan tindakan, dan praktis. Intuition sangat dinamis dengan waktu, pengolahan
terhadap konsep, dan bebas.
Sensing biasanya berkomunikasi langsung pada
detail pembicaraan lalu masuk kepada penjelas. Intuition berkomunikasi melalui
gagasan penjelas lalu beri kesimpulan dengan detail.
Sensing mensinyalir informasi dengan insting
(5 indra tubuh manusia), sedangkan Intuition mensinyalir informasi dengan indra
keenam (hal diluar indera; spekulasi,
eksplorasi cara pandang, dsb).
- Thinking (T) vs. Feeling (F): Pengambilan Keputusan.
Dimensi Thinking – Feeling
(TF) adalah fungsi yang mengatur bagaimana seseorang dalam mengambil keputusan.
Mengambil keputusan berdasarkan pada informasi yang diperoleh fungsi penerima
informasi (SN) mereka. Thinking adalah mereka yang selalu menggunakan logika,
dan kekuatan analisa dalam mengambil keputusan dengan rasional. Mereka
cenderung konsisten, lugas, dan objektif, sehingga terkesan kaku, dan keras
kepala.
Sementara Feeling adalah mereka yang
melibatkan perasaan, empati serta nilai-nilai yang mereka yakini ketika hendak
mengambil keputusan. Mereka berorientasi pada hubungan dan subjektif. Mereka
akomodatif tapi sering terkesan memihak. Mereka empatik dan menginginkan
harmoni. Bagus dalam menjaga keharmonisan dan memelihara hubungan.
Dari ciri-ciri yang dapat terlihat dapat
disimpulkan:
Thinkers sangat menuntut adil dari kemampuan
seseorang, sedangkan Feelers sangat menuntut perlakuan khusus dari kemampuan
seseorang.
Untuk para Thinkers, peraturan objektif dan
standar adalah penegak keputusan, sedangkan untuk para Feelers, persepsi
subjektif dan nilai personal adalah penegak keputusan.
Mempertanyakan adalah nalar seorang Thinkers,
Mengemukakan pendapat adalah nalar seorang Feelers
Thinkers sangat senang mengkritik, sedangkan
Feelers sangat senang menyarankan.
Thinker sering membuat penilaian yang merujuk pada "masuk akal" atau
"hasil", Feelers sering
membuat penilaian yang merujuk pada moralitas atau kepedulian.
- Judging (J) vs. Perceiving (P): Orientasi pada Struktur.
Dimensi Judging-Perceiving
(JP) dari MBTI ini mendeskripsikan tingkat fleksibilitas seseorang, dan sering
disebut sebagai orientasi seseorang pada Dunia Luar. Gw bisa menyebutnya ini
adalah Struktur Kebiasaan seseorang. Judging adalah mereka yang
memiliki gaya hidup yang terstruktur, dan mereka menentukan bagaimana mereka
seharusnya hidup. Sedangkan Perceiving adalah mereka yang lebih fleksibel, dan
lebih mudah untuk beradaptasi dengan gaya hidup yang ada disekeliling mereka.
Judging(J)
Akan merasa nyaman ketika hidupnya dipenuhi dengan sebanyak mungkin hal yang terkontrol, dan terencana! Suka dengan hal yang terorganisir, Judging tidak terkait dengan Judging (menghakimi) dalam arti negatif, sehingga seorang dominan Judging bukan berarti adalah sosok yang gemar menghakimi orang lain.
Akan merasa nyaman ketika hidupnya dipenuhi dengan sebanyak mungkin hal yang terkontrol, dan terencana! Suka dengan hal yang terorganisir, Judging tidak terkait dengan Judging (menghakimi) dalam arti negatif, sehingga seorang dominan Judging bukan berarti adalah sosok yang gemar menghakimi orang lain.
Perceiving(P)
Seorang yang memiliki fungsi Perceiving dominan biasanya lebih memilih cara yang fleksibel, dan spontan dalam kehidupan mereka. Ia akan lebih suka untuk beradaptasi/menyesuaikan diri dengan dunia luar daripadamengatur/menentukan bagaimana seharusnya ia hidup. Pemilik Perceiving dominan bukan berarti selalu memiliki persepsi yang akurat dalam menilai seseorang atau kejadian, perceiving disini yang dimaksud adalah seseorang dengan Perceiving dominan akan “lebih memilih untuk menerima informasi”.
Seorang yang memiliki fungsi Perceiving dominan biasanya lebih memilih cara yang fleksibel, dan spontan dalam kehidupan mereka. Ia akan lebih suka untuk beradaptasi/menyesuaikan diri dengan dunia luar daripadamengatur/menentukan bagaimana seharusnya ia hidup. Pemilik Perceiving dominan bukan berarti selalu memiliki persepsi yang akurat dalam menilai seseorang atau kejadian, perceiving disini yang dimaksud adalah seseorang dengan Perceiving dominan akan “lebih memilih untuk menerima informasi”.
Beberapa kesimpulan
dapat di ambil, bahwa:
Judging memiliki
kepekaan tentang bagaimana waktu atau sebuah urusan harus di manfaatkan atau di
selesaikan secara matang. Sedangkan Perceiving memiliki kepekaan bahwa akan
selalu dibutuhkan informasi di setiap waktu atau urusan tertentu.
Judging ingin sesuatu harus
di jadwalkan / di rencanakan secara efisien. Sedangkan Perceiving ingin sesuatu
harus di respon secara fleksibel, tergantung apa yang dapat mendesaknya.
Judging selalu lebih
suka berpikir secara tegas, perubahan apapun jika memang diperlukan. Sedangkan
Perceiving selalu lebih suka berpikir terbuka, memiliki waktu / ruang hanya untuk
menimbang pilihan.
Judging cenderung
menggunakan sikap menilai sekalipun pada persoalan yang sepele, karena mereka
cenderung merasa tidak nyaman ketika baginya hidup itu sulit untuk di prediksi.
Sedangkan Perceiving cenderung menggunakan sikap menilai jika diperlukan (mis.
di tempat kerja), tetapi secara alami merasa tidak nyama ketika baginya hidup
itu di kelilingi oleh tekanan atau batasan.
Yak, segini dulu ya sahabat ngawur!
Insyaa Allah gw akan berikan beberapa informasi tentang manfaat, jenis-jenis tipe MBTI, dan apa yang perlu diperhatikan dalam menyikapi perbedaan manusia ber-MBTI apapun jenisnya.
Semoga tetap terus pantengin postingan gw di sini, ya!
Keep learning, and rehearse yourself!
-wik
Komentar
Posting Komentar