Curhat - Tak ada kehidupan yang sempurna.


Tak ada kehidupan yang sempurna.

Sehari kita jalani penuh dengan giat dan semangat. Hari kemarin, adalah contoh dari apa yang tlah kita perbuat di masa lalu.
Ketika kita sedang mencoba untuk tetap hidup, hidup bersemangat di setiap harinya, penuh canda tawa, kadang ada rasa kecewa, kadang pula penyesalan yang sering kali menipu kita.

Mencoba untuk terlihat "lebih" tidak semudah yang kita harapkan. Memuaskan banyak orang lain terkadang sering menimbulkan kesalahpahaman yang sakral. Memberi hal yang baik bagi kita tidak semua bisa bermanfaat bagi seluruh manusia. Menengadah akan rasa kasihan kadang dianggap lemah, memandang orang lemah kadang orang lain akan kasihan melihatnya. Mencari popularitas, kadang mudah pula dikhianati orang yang sering disebut "fans" nya. Memanfaatkan jabatan atau kuasa hanya sebagai kacamata formalitas tapi tidak mampu bersahabat dengan dunia. Dipilih menjadi yang terbaik namun tidak sesuai dengan apa yang ia rasakan, yang ketika semua orang menuntut segala diluar kemampuan kita. Memilih diri untuk menjadi yang terbaik dan terhebat sering melupakan apa yang menjadi keterbatasan banyak orang. Terlalu ideal, dianggap memperkaya diri sendiri. Terlalu realitas, dianggap sempit berpikir. Terlalu terlalu terlalu.

Seketika aku berpikir,
Apakah aku hidup demi manusia yang lainnya? Atau sebenarnya, mengapa?
Mencoba mempersatukan arti perbedaan diantara yang lainnya, baik itu hal yang sensitif atau pemikiran spesifik, sama seperti kita mencoba meluruskan bentuk huruf C yang sudah ditakdirkan untuk bengkok dan 'nanggung bulet'.
Apakah dengan aku biarkan dia akan berubah? Atau apakah aku ini terlalu menuntut "ingin" atas dasar keinginan ku saja untuk orang lain? Atau apakah aku hanya bisa diam dan tak bergerak untuk yang lain? Mungkinkah, aku bisa memberi yang tepat dan baik bagi yang lain?

Jawabannya. Tidak ada.
Aku belum mampu menemukan jawaban atas pertanyaan itu. Mencari jawaban nya, sama seperti aku merasa sendiri. Terasingkan. Melangkah tanpa ada batasan waktu. Duniaku, bagai hamparan tak berujung. Terdiam aku. Melihat semuanya tak bisa membantuku menemukan jawaban nya. Karena kepedulianku, harapanku, cita-citaku, tujuanku, separuh hidupku,

Aku dapatkan....
Dari mereka.

Jika bukan karena dunia di sekitarku, akankah aku menemukan jawaban di setiap langkahku?
Allah.. Ku hanya berharap akan setiap pelukan-Mu agar aku sadar bahwa


"Aku bukan apa-apa."


13/09/2017



Filusuf Ngawur, Cucunya Herakleitos

Komentar