Puisi #32 - Diam
Bicara tanpa bersuara
Menatap titik buta
Mendengar suara hampa
Tubuh dingin seketika
Tertutup daun bibir
Matapun mulai mengapit
Pikiran mengosongkan bunyi
Kaku tegak berdiri
Olah napas meritmik
Relaksasikan kendali motorik
Acuhkan semua inderawi
Fokus tanyakan nurani
Telah lelah jiwa ini
Emosi mencapai titik kulminasi
Ujaran hanya menjadi rapik
"Aku bodoh" frase batin terbaik
Bisa menjadi pengendalian diri
Namun perlahan menyayat hati
Tegarkah aku tenangkan batin?
Seperti pandemi, ku tak berkutik?
Maju mundur simalakama
Tatapan kosong bertelanjang
Malu menjadi terdakwa
Penyesalan menghukum nyawa
Untuk diam.
Filusuf Ngawur, Cucu Herakleitos
Menatap titik buta
Mendengar suara hampa
Tubuh dingin seketika
Tertutup daun bibir
Matapun mulai mengapit
Pikiran mengosongkan bunyi
Kaku tegak berdiri
Olah napas meritmik
Relaksasikan kendali motorik
Acuhkan semua inderawi
Fokus tanyakan nurani
Telah lelah jiwa ini
Emosi mencapai titik kulminasi
Ujaran hanya menjadi rapik
"Aku bodoh" frase batin terbaik
Bisa menjadi pengendalian diri
Namun perlahan menyayat hati
Tegarkah aku tenangkan batin?
Seperti pandemi, ku tak berkutik?
Maju mundur simalakama
Tatapan kosong bertelanjang
Malu menjadi terdakwa
Penyesalan menghukum nyawa
Untuk diam.
Filusuf Ngawur, Cucu Herakleitos
Komentar
Posting Komentar