0
Golden Path To Going Back Into Zero Sum
Kosong.
Sebuah kehampaan yang tidak banyak memiliki nilai.
Bahkan tidak ada sama sekali.
Menjadi wadah yang tak berarti sudah merupakan fase; dimana tidak ada lagi yang harus digantungkan pada apapun untuk memberi pandangan tentang takdir.
Menjalani hari sudah tidak bergantung lagi pada keinginan memiliki. Pada akhirnya hanya berujung sepi. Kosong. Nihil. Dan gelap; tak menampak apa-apa .
Perjalanan menyadari pada akhirnya semua takkan ada apa-apanya dimulai dari sini.
Aku mulai menyadari bahwa aku tidak bisa bergantung lagi pada reaksi orang lain kepadaku secara persepsi. Orang lain tidak pernah mengharapkan kesenangan setiap saat; bahkan pada hal yang santai sekalipun, aku tidak begitu berperan banyak untuk mereka.
Saat aku mulai bersuara akan apa yang tak kusukai, tidak berarti orang lain akan menerima dengan baik sesuai yang kuharapkan. Melainkan, berakhir dengan ketidaknyamanan. Aku menjadi gelap, dan semakin gelap bagi satu orang namun berdampak pada setiap orang yang menilainya. Pada akhirnya, tidak selalu hal yang kuperhatikan sejalan dengan apa yang orang terima.
Gaung bicaraku terdengar menyenangkan. Namun apakah itu dapat bersuara setiap saat? Tidak selalu bahkan tidak mudah untuk orang lain menerima apa kubagikan sebagai sebuah kesenangan. Pikiran untuk bercanda dengan kata dan wacana, seringkali juga meninggalkan paradox yang memuat hal yang mengganggu pikiran orang banyak, terutama men trigger hal bersifat tabu. Cukup, sekali atau sekian kali ku menyadarinya agar diriku tidak perlu bersusah payah melucu.
Berbicara atau bertutur, dengan fungsi kesadaran ku sebagai Intuisi ekstrover, kadang menjadi kambing hitam yang sangat menyedihkan untukku yang tak memiliki persepsi yang setara dengan semua orang pada umumnya. Imaginasiku terlalu penuh dengan hal gelap yang tak dapat kuceritakan di sini, sehingga untuk membuatku terlihat menarik serasa sulit. Karena pada dasarnya, aku membatasi sendiri hingga semua orang terasa tidak nyaman dekat denganku terlalu lama.
Terlebih lagi, berbicara dengan bertukar pandangan, atau mendengarkan, atau menyimak, atau menanggapi suatu masalah. Aku selalu menyadari hal yang terlampau jauh untuk orang lain notice. Bahkan, bisa jadi itu bukan kesadaran ku terhadap orang lain, melainkan buah pikiran ku yang bermain dan terlalu asyik dengan pandangan pribadi ku yang bersandar pada feeling introverted ku. Terkadang kejenuhanku muncul dan aku akan mulai bertaruh, "apakah orang lain akan menerima gagasanku, atau sisi anakku yang bertipe thinking extroverted akan berharap apakah hasil yang setara atau selaras untuk semua". Jawabannya tidak pasti (lagi-lagi) dan seterusnya itu yang akan menghantui sewaktu.
Temanku sebagai orang yang bertipe sebagai shadow ku, secara terang-terangan menyebutkan bahwa "kamu tidak pernah nyambung setiap saat orang berbicara denganmu. kamu terlalu fokus pada masalahmu, ketimbang bertanya mengenai keadaan lawan bicaramu."
Inilah. Yang kumaksud. Titik terang akan kematian idealisme ku. Yang pada akhirnya menjawab seluruh pikiran ku yang tak pasti itu. Bahwa, dunia secara teknis tidak membutuhkanku, melainkan menjadikan aku sebagai alat pembanding sebagaimana aku yang juga menjadikan orang lain pembanding atas nasibku. Begitu jahat bukan, diriku ini? Aku tidak pernah sekalipun menaruh hal yang bersifat emosional kepada orang lain karena aku menyadari betapa cuek dan tak acuhku kepada dunia yang sebenarnya.
Sekarang.
Untuk apa Golden Emptiness ini?
Betul. Untuk menunjukkan bahwa kosongnya aku itu tidak begitu berperan banyak untuk siapapun.
Apa yang diisi semua akan bergantung siapa yang memaknai.
Aku tidak akan pernah terikat oleh makna siapapun karena jiwaku terlalu damai untuk melekat pada keberagaman. Justru, kekosongan ini menjadi kawan sejati untuk menemaniku tanpa mengharap nilai-nilai yang menetap dan pasti untuk siapapun.
Berapapun orang menilai seberapa cerdas sikapku terhadap setiap tulisan yang kubuat, itu tidak akan pernah memuaskan seluruh manusia di dunia ini karena kembali lagi, "manusia itu takkan pernah merasa puas".
Karena itulah, ketaksadaran ku menciptakan Kekosongan Yang Emas.
Aku menciptakan ruang kosong namun berharga jejak dan sejarahnya yang takkan pernah ada siapapun yang bisa mengenalinya.
Cukup aku, yang hanya tidak pernah nyambung bercakap
dengan ruang dan waktu.
Komentar
Posting Komentar