Belajar dari Risalah Prasangka
Belajar dari Risalah Prasangka
Saat seseorang beranggapan adanya sikap orang lain yang "menyebalkan" buat dirinya, boleh jadi ia belum bisa memaafkan dirinya dia sendiri, sehingga konflik dengan mekanisme pertahanan diri takkan pernah usai.
Tidak ada manusia yang menyebalkan di dalam hidup ini, hanya kedua belah pihak saja yang selalu keliru dan tidak tahu cara memandangnya.
Rasul mengajarkan untuk selalu mencari udzur kepada sesama manusia, agar dapat membiasakan diri dari tabiat defensif yang dianggap manusiawi, namun justru perlahan mematikan tali persaudaraan hati.
Jalan menuju kedamaian yang tenang adalah berhenti untuk berpatokan pada prinsip pribadi. Terkadang, ia hanyalah medium untuk cara kita bisa menikmati diri sendiri, bukan harus dituntut agar orang lain turut mengerti.
Lakukanlah sesuatu yang kamu yakini itu benar; jika itu ditemukan kekeliruan, terimalah, dan maafkanlah.... dirimu sendiri.
Yang namanya pikiran, prinsip, opini, adalah cerminan identitas dirimu. Utarakan jika memang diminta, maka ia akan menjadi kekuatan; dan diamlah jika diantara mereka sedang mengutarakan. Karena, mereka sedang memperlihatkan kelemahan mereka sendiri. Untuk itu, bantulah mereka, untuk menjadi pendengar, yang dapat saling mengisi dan memperteguh kekuatan.
~ Filusuf Ngawur, Cucu Herakleitos ~
Saat seseorang beranggapan adanya sikap orang lain yang "menyebalkan" buat dirinya, boleh jadi ia belum bisa memaafkan dirinya dia sendiri, sehingga konflik dengan mekanisme pertahanan diri takkan pernah usai.
Tidak ada manusia yang menyebalkan di dalam hidup ini, hanya kedua belah pihak saja yang selalu keliru dan tidak tahu cara memandangnya.
Rasul mengajarkan untuk selalu mencari udzur kepada sesama manusia, agar dapat membiasakan diri dari tabiat defensif yang dianggap manusiawi, namun justru perlahan mematikan tali persaudaraan hati.
Jalan menuju kedamaian yang tenang adalah berhenti untuk berpatokan pada prinsip pribadi. Terkadang, ia hanyalah medium untuk cara kita bisa menikmati diri sendiri, bukan harus dituntut agar orang lain turut mengerti.
Lakukanlah sesuatu yang kamu yakini itu benar; jika itu ditemukan kekeliruan, terimalah, dan maafkanlah.... dirimu sendiri.
Yang namanya pikiran, prinsip, opini, adalah cerminan identitas dirimu. Utarakan jika memang diminta, maka ia akan menjadi kekuatan; dan diamlah jika diantara mereka sedang mengutarakan. Karena, mereka sedang memperlihatkan kelemahan mereka sendiri. Untuk itu, bantulah mereka, untuk menjadi pendengar, yang dapat saling mengisi dan memperteguh kekuatan.
~ Filusuf Ngawur, Cucu Herakleitos ~
Komentar
Posting Komentar