Inifinite Life: Tiada Waktu Yang Tak Tersempatkan

 Surat Al-`Asr [verses 1-3] - By time, Indeed, mankind is in loss, Except for those who have believed and done righteous deeds and advised each other to truth and advised each other to patience.

Demi Waktu; Sungguh manusia itu berada dalam kerugian; kecuali untuk mereka (hamba-Nya) yang telah beriman dan beramal shalih, dan menasehatkan kepada sesama atas kebenaran serta menasehatkan atas kesabaran. 

Sudah 3 bulan aku menjalin hubungan dengan calon istriku ini, Aisyah, dimana ia menyampaikan kepadaku pertama kali ketika ia menegurku karena tidak membalas atau merespon chat darinya, ia sempat menukil pernyataan dari gurunya, suhu Imin, yang mengatakan; tidak ada waktu yang tak tersempatkan, hanya kamu sendiri yang belum memprioritaskan.  

Sejenak aku terdiam tanpa kata, dan beribu maaf sebagai bentuk defensif ku yang lagi munafik pada saat itu. Namun, memang kalimat itu menyadarkanku tentang arti kasih sayang yang sesungguhnya, yakni jika aku tidak sejenak memerhatikanmu, maka itu artinya sejenak waktu lainnya kupakai untuk hal-hal yang tidak memprioritaskan kamu. Iya, kamu. Ku harap ia menyadari perjalanan kesadaranku betapa aku mencintainya dengan penuh kesungguhan atas nasehat yang ia berikan kepadaku. 

Okay, let's continue with this.
Mengapa aku tiba-tiba membahas waktu?

Aku menyadari betapa pentingnya menghargai keberadaan waktu. Ia bagaikan mata pisau tajam yang bisa menebas diriku dan bisa orang lain. Ketika waktu yang digunakan itu begitu tajam dan cepat, sehingga ketikan yang aku tulis dari blog ini justru akan memiliki bobot dan porsi yang telah di tentukan waktu agar ia dapat terselesaikan; dan itu bergantung dari bagaimana aku mengelola waktu tersebut. 

Sekarang, 
Jika memang waktu begitu berharga, mengapa manusia (yang disebutkan oleh surah Al-'Asr itu) itu begitu menyia-nyaikannya? Apa aspek dibalik itu semua?

Aku Insyaa Allah mencoba untuk memaparkan versi renungan yang bisa kudapatkan dari sebuah Waktu.


  • Waktu sebagai Penanda Periode Hidup
    Waktu adalah penanda penting dalam periode hidup kita. Ketika bangun tidur, kita terbangun pada berbagai varian waktu—entah itu jam 5 pagi, 6, 7, atau bahkan jam 11 siang seperti Winston Churchill, sebagaimana pernah aku dengar dari berbagai sumber. Saat kita membuka mata, kesadaran mulai muncul. Kita sadar akan tugas yang harus dijalani, seperti mengejar target pekerjaan, bersekolah, memasak untuk keluarga, dan sebagainya. Inilah yang menjadi penanda periode hidup: sebuah garis yang menghubungkan bagian-bagian hidup kita untuk tujuan tertentu. Sebagian orang mengejar uang, kesenangan, atau hanya menghabiskan waktu dengan kegiatan pasif seperti menonton video pendek. Maka, peringatan Allah SWT bahwa "sesungguhnya manusia berada dalam kerugian" mengingatkan kita bahwa apa yang kita kejar untuk memenuhi periode hidup ini sering kali hanya berpusat pada duniawi semata.

  • Waktu sebagai Landasan Prioritas
    Waktu juga menjadi landasan bagi manusia untuk menentukan prioritas. Ketika kita memilih sesuatu sebagai fokus dalam hidup, pola hidup kita akan selalu berputar di sekitar pilihan tersebut. Namun, di sinilah perbedaan dan tantangan muncul, karena prioritas setiap individu bisa sangat beragam. Sebagai contoh, kepala keluarga A mungkin memilih bekerja lembur tanpa bergantung pada orang lain demi memenuhi kebutuhan istri dan anak-anaknya. Sebaliknya, kepala keluarga B memilih bekerja dengan waktu secukupnya agar bisa menghabiskan lebih banyak waktu bersama keluarganya. Kedua pilihan ini memiliki keuntungan masing-masing, tergantung bagaimana mereka mendasari prioritasnya. Pada akhirnya, keputusan ini kembali pada pembaca—mana yang dianggap paling penting dan bernilai dalam menjalani hidup.

  • Tiada Waktu yang Tak Tersempatkan
    Tidak ada istilah "saya tidak punya waktu" untuk sesuatu. Kita perlu menyadari bahwa apa yang kita pilih untuk dilakukan adalah hasil dari prioritas yang sudah kita tetapkan dalam pikiran. Jika ada sesuatu yang tidak tercapai, itu bukan karena waktu tidak cukup, melainkan karena kita belum memprioritaskannya. Daripada menyalahkan keadaan, lebih baik introspeksi diri: apakah kita sudah memanfaatkan waktu dengan baik sebagai bentuk ikhtiar dan jihad di jalan-Nya? Pada dasarnya, waktu selalu ada, tergantung bagaimana kita memanfaatkannya dengan bijak. 

  • Libatkan Waktu untuk Menasihati Diri
    Setiap pilihan dan prioritas yang kita tetapkan dalam hidup seharusnya selalu melibatkan kesadaran bahwa Allah SWT, Yang Maha Menggenggam Waktu, senantiasa mengatur segalanya. Allah SWT telah menetapkan takdir bagi setiap hamba-Nya, tetapi Dia tidak akan mengubah keadaan suatu kaum kecuali mereka berusaha mengubah diri mereka sendiri. Oleh karena itu, memahami ritme waktu menjadi kunci utama untuk menasihati diri, agar kita lebih sadar atas apa yang telah terjadi dalam hidup. Kekurangan yang kita rasakan mungkin merupakan batas kemampuan kita saat ini, tetapi jadikanlah hal itu sebagai motivasi untuk membuka jalan baru. Dengan begitu, kita dapat memaksimalkan keberadaan waktu yang sangat berharga untuk hal-hal yang layak diprioritaskan.

Kesimpulan

Pentingnya menghargai dan memanfaatkan waktu sesuai ajaran dalam Surat Al-'Asr, yang mengingatkan bahwa manusia berada dalam kerugian kecuali mereka yang beriman, beramal shalih, saling menasihati dalam kebenaran, dan bersabar. Waktu dipahami sebagai penanda periode hidup, landasan prioritas, dan instrumen untuk menasihati diri agar lebih sadar akan tanggung jawab hidup. Dengan mengelola waktu secara bijak, seseorang dapat menetapkan prioritas yang selaras dengan tujuan hidup yang bermakna dan menghindari penyia-nyiaan waktu dalam hal-hal yang tidak esensial.


Semoga Allah jadikan kita sebagai sosok yang bisa menghargai waktu. 

====================

Komentar