Dear January: Sulit Mempercayai Dunia Luar
Aku kembali menyadari bahwa kesalahan di masa lalu dan belakangan ini sebenarnya adalah bagian dari mekanisme pertahanan yang kubangun. Aku melakukannya karena sulit menerima atau menyertakan diri di tengah orang-orang yang bersikap kurang menyenangkan terhadapku. Hal-hal ini sering kali menyudutkanku, membuatku merasa tidak dihargai sebagai manusia yang juga layak diajak berpikir dan berdiskusi. Akibatnya, aku memutuskan untuk tidak bicara dengan mereka dan memilih menjaga jarak.
Berikut adalah alasan mengapa aku sulit mempercayai orang lain:
1. Tidak Percaya pada Kemampuanku
Orang-orang sering kali meragukan atau skeptis terhadap kemampuanku, terutama ketika mereka baru mengenalku. Masalahnya, beberapa dari mereka bahkan tidak mencoba memberiku kesempatan untuk menunjukkan potensiku. Aku bertanya-tanya, apa yang membuat mereka berpikir aku tidak mampu? Apakah aku terlihat bodoh di mata mereka? Sikap seperti ini membuatku sulit mempercayai mereka.
2. Sulit Membangun Komunikasi yang Efektif
Ketika berkomunikasi, aku sering merasa takut kalau apa yang kusampaikan tidak didengar atau tidak dipahami dengan baik. Aku khawatir orang hanya fokus mencari kesalahan atau sekadar membenarkan sudut pandangnya sendiri tanpa benar-benar mendengar apa yang kukatakan. Sikap seperti ini membuatku enggan membuka diri karena aku merasa tidak akan pernah didengar dengan adil.
3. Respon Sindiran, Bukan Solusi
Hal yang paling kubenci adalah ketika orang meresponsku dengan sindiran. Bukannya memberikan solusi, mereka justru membuatku terlihat bersalah atau bodoh. Sindiran semacam ini sering kali disampaikan dengan cara manipulatif, seolah mereka ingin menonjolkan bahwa hanya cara berpikir mereka yang benar. Sikap ini tidak hanya merendahkan, tetapi juga menghalangi terjadinya diskusi yang sehat.
4. Dihakimi Hanya karena Bertanya
Aku sering merasa dihakimi hanya karena bertanya. Ketika aku menyampaikan sebuah pertanyaan atau pandangan, beberapa orang langsung bereaksi seolah aku salah atau mengada-ada. Bahkan, mereka terkadang menarik kesimpulan sendiri dari hal-hal yang sebenarnya belum terjadi. Sikap seperti ini membuatku merasa percuma untuk bertanya atau berdiskusi dengan mereka.
5. Kehadiranku Tidak Divalidasi
Aku sering merasa tidak dianggap ketika berinteraksi dengan orang-orang yang dingin, acuh, atau cuek. Mereka hanya memperhatikan hal-hal yang menurut mereka penting, tanpa memedulikan apa yang kusampaikan atau lakukan. Sikap seperti ini membuatku merasa tidak dihargai dan sulit untuk mempercayai mereka.
6. Minimnya Feedback Positif
Sebagian besar orang suka diberi masukan positif, termasuk aku. Namun, aku sering merasa tidak diberi umpan balik atas apa yang kulakukan. Sebaliknya, mereka lebih sering diam atau memberikan kesan bahwa apa yang kulakukan mengganggu mereka. Jika memang ada yang perlu diperbaiki, alangkah baiknya jika mereka menyampaikan saran dengan cara yang konstruktif.
7. Tidak Ditanya Terlebih Dahulu
Ada kalanya orang langsung membuat asumsi atau keputusan tanpa bertanya dulu tentang apa yang sebenarnya kulakukan. Sikap seperti ini sering muncul dari mereka yang lebih suka menyimpulkan sesuatu berdasarkan pandangan pribadi, tanpa berusaha memahami sudut pandangku.
8. Tidak Diberi Kesempatan Bicara
Aku sering merasa tidak diberi ruang untuk berbicara, terutama karena kemampuanku dalam berkomunikasi masih lemah. Orang-orang yang lebih percaya diri sering kali mendominasi percakapan, sehingga aku kehilangan kesempatan untuk menyampaikan apa yang sebenarnya ingin kukatakan.
Dari semua ini, aku belajar bahwa meski sulit, aku harus terus berusaha membuka diri, mencari cara untuk membangun kepercayaan, dan menciptakan komunikasi yang lebih sehat dengan orang lain.
Komentar
Posting Komentar