Keterasingan Manusia: Sebuah Refleksi tentang Formalitas Sosial dan Realitas di Balik Layar

Keterasingan manusia sering kali muncul dalam interaksi sosial yang hanya sekadar formalitas, di mana bahasa ramah hanya menjadi sebuah topeng yang menutupi realitas yang lebih dalam. Ketika seseorang diajak berbicara dengan formalitas, tetapi di belakang ia dibicarakan buruk, maka muncul bentuk keterasingan yang subtil namun menyakitkan. Orang tersebut seolah-olah diajak masuk dalam ruang sosial, namun pada kenyataannya, ia diisolasi dari kedekatan yang tulus.


Kondisi ini mengingatkan pada konsep "alienasi" yang diperkenalkan oleh filsuf Karl Marx, di mana manusia terpisah dari esensi kemanusiaannya akibat sistem yang ada. Marx berbicara tentang alienasi dalam konteks pekerjaan, tetapi konsep ini dapat diperluas ke hubungan sosial. Dalam situasi di mana seseorang disapa dengan ramah tetapi tidak diakui sebagai bagian dari lingkaran sosial yang sesungguhnya, ada semacam ketidakautentikan yang dirasakan. Seperti yang diungkapkan oleh Simone de Beauvoir, "Orang-orang terasing ketika mereka tidak diperlakukan sebagai subjek dengan nilai intrinsik, tetapi lebih sebagai objek yang dapat diabaikan."


Lebih jauh, fenomena ini juga mirip dengan "The Looking-Glass Self" dari sosiolog Charles Horton Cooley, yang menggambarkan bagaimana identitas seseorang terbentuk melalui interaksi dengan orang lain. Ketika seseorang mengalami kesulitan dan orang lain berpura-pura tidak tahu atau tidak ingin terlibat, ini menciptakan cermin yang memantulkan penolakan, ketidakpedulian, dan isolasi. Cooley berpendapat bahwa kita menginternalisasi bagaimana orang lain melihat kita, dan dalam hal ini, sikap tidak peduli atau kepura-puraan dapat merusak rasa diri seseorang, mengisolasi mereka lebih jauh.


Ketika seseorang mencoba memberi sapa, tetapi tidak mendapatkan respon, ini juga menegaskan jarak sosial yang ada. Hal ini sejalan dengan pemikiran Jean-Paul Sartre tentang hubungan antarmanusia, di mana ia berpendapat bahwa eksistensi orang lain sering kali menjadi "neraka" ketika manusia gagal mengakui dan menghargai keberadaan satu sama lain. Dalam konteks ini, keterasingan terjadi karena ada pemisahan yang tajam antara apa yang terlihat di permukaan (sapaan ramah) dan apa yang dirasakan di dalam (penolakan).


Kesimpulannya, keterasingan sosial adalah salah satu bentuk penderitaan manusia yang sering kali diabaikan, terutama ketika terjadi di bawah bayang-bayang formalitas dan interaksi yang hanya bersifat permukaan. Seperti yang diungkapkan oleh Albert Camus, "Keterasingan adalah kondisi manusia yang paling mendasar." Ia hadir bukan hanya ketika seseorang berada sendirian, tetapi juga ketika mereka tidak bisa menemukan kedekatan yang tulus dengan orang lain, meskipun secara fisik mereka dikelilingi oleh orang-orang.

×÷×÷×÷×÷×÷×÷×÷

Komentar

Postingan Populer