Psychoanalysis Journal #2 - Tahap Kembang dan Tipe Psikologis (Psychological Type)

Hai lagi...
Kembali lagi di tulisan gw, sahabat ngawur!

Setelah berkelana yang cukup panjang dalam mengenal ego, well, i'm gonna tell you that the secret of your ego has some types of variations which you can realize yourself! Jadi,,, here we go.

Ketika Ego memiliki sebuah posisi yang disebut sebagai "permukaan dari kesadaran", setiap Ego masing-masing tercipta dengan "bentuknya" masing-masing kan? Iya betul, yang sebelumnya kita ketahui bahwa di dalam Ego pun ada sesuatu yang tersirat bisa kita salurkan dan ada bagian yang secara terang-terangan kita sering tampakkan ke dunia luar. Bagian keduanya akan menjadi sinergi yang takkan terlepaskan, maka itu akan membentuk sifat, ciri khas, serta pembentukan yang berbeda dari manusia lainnya, dan secara stereotip tentunya, akan menampakkan sisi jelas dan lain dari diri kita sendiri. So, please welcome, to our universe, Psychological Type!

So, apa itu Psychological Type? sebenarnya simpel. Artinya tipe psikologis. Oh, jadi setiap psikologi dalam diri kita punya tipenya? Iya tentu, bambank! Menurut Jung, yang namanya kehadiran tipe psikologis itu memang karena adanya wujud participation mystique dari Levy-Bruhl, dimana itu di sebut sebagai proses atau cara kita mengidentifikasi diri secara primitif (maksudnya secara dasar dari yang mendasar dari diri kita sendiri, nyong). Objek yang dikenali bisa berupa benda, sosok, atau kelompok masyarakat. Ambil contoh yang gampang banget itu, Indonesia. Indonesia itu kaya akan suku dan budaya, ya gak sih? Mangkanya budayanya beda-beda, karena setiap budaya pasti akan menciptakan ras dan ras tersebut memiliki identifikasi sifat atau pikiran yang terbentuk dari warisan leluhur atau pendahulu dari budaya tersebut. 

Gw coba lansir perbedaan budaya secara empirik, misalnya Padang, kampung gw sendiri. Prinsip yang digunakan oleh budaya Padang, suku Minang maksud gw, adalah "adab berlandaskan syarah, syarah berlandaskan kitabullah", dimana prinsip tersebut telah diyakini oleh masyarakat Minang saat ini sebagai pembentuk psikologis masyarakat tersebut, bahwa setiap sikap sebagai "seseorang" harus tunduk dan dekat dengan Kitabullah (dalam Islam disebut sebagai kitab Allaah, Al-Qur'an). Lah, trus yang non-Islam begimana? Karena itulah disebutkannya Kitabullah, dimana setiap pegangan agama itu dijadikan sebagai sandaran dalam bertingkah laku sebagai manusia. *P.S.: penulis memberikan jalan tengah kepada seluruh kaum beragama agar bisa bersama-sama saling memahami perspektif budaya, so be grateful and stay humble :)

Okay, itu baru budaya Minang, jadi gw bisanya ngasih contoh kayak gitu karena gw takut ngambil yang bukan ilmu gw bisa salah nyampein hehe. Karena ilmu dari yang diajarkan budaya itu cukup berat dan penuh penghormatan, karena itulah gw bisanya ngasih interpretasi singkat dari perspektif gw sendiri mengenai budaya Minang yang udah diajarin orang tua gw. :D

Next..
Jadi, intinya pembentukan participation mystique juga berlaku buat jiwa manusia, dimana kita tercipta untuk bisa membentuk sumbu-sumbu tipe psikologis kita dari berbagai pengalaman dan warisan yang telah dititipkan oleh keluarga kita sendiri pada masa kita atau orang tua kita sendiri belum lahir* (nanti bakal di bahas pada bagian bab Ketidaksadaran, stay tune yeaa). Tujuan dari penyaluran pengalaman dan warisan adalah supaya kita punya sumbu tipe psikologis kita masing-masing. Ego itu dikenal punya 'wadah' buat narok semua warisan genetik dan bawaan untuk bisa mastiin "nih gw kira-kira sesuai ga ya sama 'diri' gw sendiri?", kek misalkan lu lahir di tanah Jawa, trus lu udah mulai di usia 6-7 ngenal gimana bapak, ibu, temen, orang asing, atau sapa kek yang interaksi sama lu, nah sejauh dari apa yang ada di luar pun, kemampuan Ego itu buat memastikan bahwa kita ini cucok atau nggak sama mereka, dan akan ada potensi apa yang ke bentuk dari kita? Nah dari setiap potensi kecocokan kita dengan orang luar akan memperkaya Ego dan kesadaran kita, kalo udah fix bahwa "itu adalah kita", baru deh jadi yang namanya Kepribadian. 

Nanti kepribadian itulah, yang bakal memiliki 4-sumbu, masing-masing digunakan bareng-bareng, tergantung kapan lu tumbuhnya. Jung mengibaratkan bahwa, kepribadian kita itu bagaikan bagaimana langkah perjalanan matahari ke langit. Matahari adalah proses atau tahap dari kesadaran kita sesungguhnya, sebagaimana empat sumbu nih ceritanya;

1.Fungsi Dominan (ini adalah wilayah sadar pertama yang akan berkembang dalam diri lu, pas masih usia 6-12 tahun masa pembentukannya), lohh kok dari usia 6 tahun?? Iyalaah wqwq. Karena pas lu di usia 2-5 tahun, itu proses pertama bagaimana kapasitas otak lu itu belajar "menerima sesuatu", entah itu belajar nerima ASI, trus peka dengan rangsangan, mengenal suara, kemudian penghafalan ejaan pertama, dan sebagainya. Usia segini itu, kata Jung, "bayangkan gimana rasanya merasakan matahari pagi, sejuk bukan? Keliatannya doang enak, tapi, sinar matahari tersebut belum kuat alias belum sadar sepenuhnya. Jung membagi lagi bagaimana tahap membentuk fungsi dominan dari usia anak-anak terbentuk:

1.a. Tahap anarkis; masih kacau-balau, sporadis, bagian si anak yang masih ngga tahu "gue ini siapa".
1.b. Tahap monarkis; anak mulai belajar "ngomong bener", bisa nunjukki "gue bisa ini itu", tapi belum sadar gimana sesuatu yang gw lakukan itu "ada".
1.c. Tahap dualistis; anak udah mulai peka "mana perasaan mana logika", "mana tepat mana yang gak tepat", "mana yang nguntungin dan mana yang ngerugiin", trus udah mulai ngerasa "siapa lu siapa gua?" - wajar ini terjadi, karena anak baru ngenal dua perbandingan yang berbeda.

2. Fungsi Pelengkap (ini juga bagian dari wilayah sadar yang berkembang buat nunjukkin "bagaimana gue" pada usia 12-20 tahun) Nah di usia inilah, matahari lagi sepenggalan naik, alias waktu dhuha, dimana kelahiran psikologis memicu masalah baru, konflik, lalu adaptasi. Di usia inilah, lu belajar buat terbiasa "menunggang kuda" dalam diri lu sendiri, lu punya kebanggaan dalam diri sendiri saat itu, itu juga merupakan boomerang buat lu sendiri. Lu bakal mengenal bagaimana membentuk ketegasan bersikap, pemilihan keputusan atau cara pandang yang matang, serta bagaimana menyadari ada sisi jelek yang harus lu terima dari diri lu sendiri (ini juga nanti bakal dibahas pada bagian ketidaksadaran, jadi sabar yaa wqwq). Trus, dari sini, kata Jung, adalah usia meningkatnya kemampuan komponen fisik diri kita, kayak kuat raga, kematangan alat vital, menyadari 'lebih jelas' dengan sekitar (baik di diri sendiri atau di luar), trus ngerasa lebih 'hidup' ketimbang menyadari balik adanya kelemahan saat masih anak-anak. 

3. Fungsi Tersier/Kematangan (gw nyebutnya kematangan karena udah mulai menumbuhkan 'jati diri' atau "kenal diri sendiri, pada usia 20-35 tahun) Pencarian jati diri, kalau kata orang, sebenarnya gausah di cari wqwq, karena nanti lu bakal nemu sendiri pas berjalannya umur. Di umur inilah bagaimana matahari sudah di atas kepala alias udah tepat ditengah-tengah gitu dah. Usia 35 tahun ibaratnya lu udah silau banget dah, jadi gausah ditutup pake apapun biar redup wqwqwq. Intinya, dari perjalanan umur inilah, kita bakal menghadapi lawan dari masalah hidup sebenarnya, iya betul, diri sendiri. Lah kok gitu? Soalnya, gini.. Matahari kan kalo makin naik makin silau, nah, di balik silau yang kena setiap sudut dari diri kita, pasti akan menghasilkan bayangan tho? Nah, bayangan inilah adalah wujud dari sosok ketidaksadaran kita sendiri. Kita banyak menaruh banyak keinginan atau hal terpendam di balik suatu bayangan, sehingga seiring waktu ia akan tiba saatnya "mengamuk" apabila dari kita sewaktu masih masa anak-anak atau remaja, kita belum bisa memaafkan atau menerimanya. Pada tahap ini, kita bakal mengenal pondasi dari ketidaksadaran kita (yang lagi-lagi saudara-saudara, gw gabisa jelasin sekarang wqwqwq) dan pada saat inilah kita udah harus siap memaafkan diri kita sendiri baik-baik. 

4. Fungsi Inferior/titik lemah (bagian ini yang terpahit kalau menurut gw, karena ini adalah sisi yang tidak disadari diri sendiri, dan pembentukannya akan matang bila sudah berusia di atas 35-40 tahun). Gw pengen kalian coba observasi orang yang di atas usia tersebut, tanyakan, "apa tujuan hidup mereka sekarang?" Semua yang telah di lakukan dalam hidup akan berakhir dan mulai menemui kelemahan secara fisik. Dimulai ubanan, suka lupaan, emosi "balik-lagi" jadi kayak anak-anak, agak sporadis tapi miqir, trus udah mulai "males" sama kehidupan karena "jenuh". Usia tua inilah, dimana tahap berpikir mereka sudah cukup. Artinya, segala upaya kehidupan yang dijalani telah menemui batas akhir atau hanya bisa melakukan yang seoptimal mungkin bidangnya. Karena udah ngerasa berhasil mencapai keberhasilan, itulah kepuasan dari yang di miliki orang tua, dimana hanya bisa memetik hasil ketimbang produksi lebih. Namun, yang bisa dilakukan hanya berbagai hal yang sangat sederhana dan tidak bersifat kompleks, atau segala hal yang bersifat kompleks sudah dianggap biasa atau sederhana. Pada usia inilah, yang dahulu punya kelemahan di bidang tertentu, kini bisa lebih menyadari titik lemahnya sendiri, dimana yang dulunya periang bisa menjadi pendiam, dan yang duluya suka diem aja berubah jadi pengen tahu lagi apa yang bisa memuaskannya. Menurut Jung, sekalipun energi seseorang di usia ini masih ada dan kuat, mereka sudah tidak punya arah lagi yang dituju. Hanya bisa menikmati sebagaimana hasil yang dicapai. Begitulah. 

Itulah 4-sumbu kepribadian, dari Dominan, Pelengkap, Tersier, sampai Inferior. Keempat ini akan dihadapi masing-masing orang, namun keempat itu akan ada sepanjang waktu kita mulai hidup. Bagaimana caranya? Kenali tipe psikologisnya! Apa saja bagian yang bisa menjadi sumbu Dominan sampai Inferior dari diri kita, dan bagaimana mendeskripsikannya? Okay, here we go.

Karena kita udah tawu bahwa kepribadian itu dari fenomena participation mystique dan memiliki tuntutan untuk berfungsi dalam diri kita, maka kita wajib mengenal bahwa adanya fungsi-fungsi yang secara sinergi berhubungan dan berkaitan satu sama lain. Dimulai dari dua peranan; yakni Sikap dan Fungsi Psikhe.

Sikap
Sikap adalah sesuatu yang mencerminkan perilaku atau kecenderungan. Kalau lu semisalnya ga suka es krim coklat, gw sukanya sama kamu, iya wajar itu sikap wqwqwq. Karena sikap itu kebentuk dari tahapan usia, berkembangnya warisan dan pengalaman hidup, serta menjadi penentu terhadap kita itu "sadar dan keliatan kayak gimana"

Sikap terbagi dua, menurut Jung, yakni Ekstraversi dan Introversi. Yeah, lu pasti ga asing sama kedua kata ini karena gw sering banget nebak kepribadian kalian, sampe dibilang gini, eh lu kok bisa tau si ono ekstrover? Padahal dia orangnya diem-diem aja ama kita-kita? Trus si inu kok bisa dia introver? Padahal dia bacot banget kalo dikelas?? Yaaah oke deh sini gw jelasin wqwq (senengnya bikin orang bingung :v)

Introvert/Intravert/Introversi/Intropet adalah sikap psikis yang lebih melihat diri sendiri sebagai fokusnya. Lah maksudnya apaan? Jadi, seorang introver itu sangat fokus melihat atau sadar dengan dirinya dengan tidak memandang objek luar sebagai dunia mereka. Orang introver itu cenderung percaya diri dengan 'dunianya sendiri', sehingga mereka sangat mudah berinteraksi dengan lingkup yang sudah kenal sama mereka aja. Itu kalo interaksi, dan dari cara mereka melakukannya dengan selektif dan ia bersandar dengan pandangan subjektif. Subjektif di sini bukan fokus karena perasaan, tapi ia memenuhi aspek 'diri sendiri' sebagai sandaran mereka. Kaya gini contohnya, orang introvert itu lebih seneng diajak ngobrol berdua atau bertiga, lebih aman, sebab mereka mudah untuk bertukar pikirannya. Lebih dari tiga atau empat orang, pasti ia sudah mulai mendewasakan diri kapan ia membatasi privasinya. Mangkanya ga heran, tipe introvert itu biasanya keliatan pendiam, suka asik sendiri, tenang, mikir kalau mau ngomong, reflektif (mudah menyadari sebelum itu terjadi di alam luar). Sedangkan secara stereotip, orang introver lebih aware terhadap pola pikirnya, perasaannya, kegemarannya, sudut pandangnya, gagasannya, impiannya, kesan dia dengan orang-orang, atau dengan siapa mereka berhadapan. Itu subjektif. Tidak salah mereka sadar dengan subjektivitas, tapi dari sini mereka biasanya akan kuat bila sudah menemukan bukti atau pakta integritas mereka sebagai sosok yang terpercaya, objektif, dan penuh keyakinan dengan lingkungan luar. 

Extrovert/Ekstravert/Ekstroversi/Ekstropet adalah sikap psikis yang lebih melihat dunia luar sebagai fokusnya. Orang ekstrover kebalik sama introver, dia menyadari keadaan di luar lebih peka. Seorang ekstrover itu sangat fokus melihat atau sadar sama kenyataan hidup sehari-hari di dunia luar dengan kurang melihat dirinya sendiri sebagai dunia mereka. Orang ekstrover itu cenderung percaya diri bahwa 'merekalah yang menggengam dunia', sehingga mereka suka haus dengan lingkungan sekitar. Cara mereka melakukannya dengan aktif terlibat dengan apa yang terjadi di sekitarnya dengan pandangan objektif. Objektif disini bahwa dengan terlibat dengan setiap suasana tertentu mereka dapat mengakui keberadaan dirinya. Mangkanya ga heran, tipe ekstrovert itu biasanya keliatan bertingkah, keasikannya sangat memancing, "ga bisa" tenang, ngomong dulu baru miqir, aktif (mudah mengambil tindakan bila itu memancing subjektivitas/dirinya sendiri). Secara stereotip, orang ekstrover lebih aware terhadap situasi di sekitar, kemungkinan/peluag, interaksi dengan orang-orang, pengalaman empirik, serta bagaimana ia dapat diterima orang atau lingkungan sekitar, karena mencari validasi secara objektif. Orang ekstrovert cenderung mampu "menerima dirinya sendiri" tapi buta terhadap bagaimana "menilai dirinya sendiri" ketimbang orang introvert yang lebih mampu "menilai dirinya sendiri" tapi mereka sulit untuk "menerima dirinya sendiri". 

Oke, karena sudah dipukul rata soal sikap, nyang kedua:

Fungsi Psikhe
Fungsi Psikhe adalah alat untuk membangun pondasi sikap agar menjadi pembentuk komponen kepribadian manusia. Dasar dari fungsi psikhe manusia itu ada empat, apa aja dah? Here we are:

Sensing: fungsi pen-indraan, aspek fungsi inilah yang membantu kita sebagai manusia untuk kenal dengan "rasa". Punya kepekaan terhadap rangsangan. Misalnya, lu mau masak seblak, trus lu pasti bakal tau rasa seblak itu gimana "kalau gak di cobain dulu". Nah biasanya orang yang cenderung mau coba dulu gimana rasa itu "ada", so you are a sensing type person. Gunanya sebagai "experiencing", mau mengetahui sesuatu itu "ada", yah kalo emang gak ada ya gak ada, kalo emang ada, buktiin. Itulah orang sensing :)

Thinking: fungsi pikiran, aspek fungsi ini adalah yang takkan pernah terlepas dari diri kita. Nah bedanya kita mikir sehari-hari dengan fungsi tipologi ini apaan? Nah gw nanya beginian barusan, itulah fungsi thinking. Artinya kita akan melahirkan sebuah "ingin tahu" dengan sesuatu, baik yang udah "ada" maupun saat kita sadar dahulu dengan ada tidaknya "masalah". Kata masalah, sebenarnya sangat memancing alarm si tipe thinking, karena mereka sadar dengan sesuatu yang tidak seharusnya atau displacement, berkaitan dengan benar-salah, dengan demikian thinking dapat menamai atau menjelaskan sesuatu yang terjadi, begitulah orang thinking :)

Feeling: fungsi perasaan, dimana aspek ini mengenalkan bagaimana cara kita menilai sebuah "rasa". Kalau kita misalkan mau minum teh "pake sensing", tahu itu teh "pake thinking", kemudian bagaimana rasanya panas itu dapat dijelaskan melalui "feeling". Kita mengevaluasi sesuatu yang terjadi berdasarkan perasaan yang nyaman kita sukai, mampu mengenali apa yang dibutuhkan orang lain, serta dapat membedakan satu orang lainnya itu "beda-beda" nilainya. Itulah sifat feeling :)

Intuiting: fungsi intuisi, dimana fungsi ini dapat memanggil sesuatu tanpa proses sensing, feeling, atau thinking, dimana mereka "menyadari tanpa harus diajarin" atau disebutnya naluri dari pelajaran yang pernah terjadi sebelumnya, atau cara ia memandang sesuatu yang baginya merupakan hal yang tidak biasa. Ia suka banget muncul sendiri informasi tersebut tanpa dipancing, gak ada angin gak ada ujan suka ke trigger kalo lagi ujan-ujan "wah kayaknya makan samyang enak kali ya.." :v Nah, kalo ada orang yang sadarnya dari intuiting, biasanya mereka suka muncul sebagai sosok yang suka melakukan sesuatu "diluar dugaan" pengguna tiga fungsi tadi. Itulah, intuiting :)

Nah, sekarang, bagaimana cara memetakannya? Okay, jadi, Jung menggambarkan masing-masing menjadi 8 dari fungsi dan sikap:

1.       Tipe perasaan introvert – Introverted Feeler (Fi)

Tipe ini adalah tipe perasaan introvert, dimana mereka lebih sadar dengan kesan mereka secara subjektif dan baperan. Mereka punya suara hati, kek "mudah berbicara sendiri dalam dirinya aja" mangkanya jangan heran mereka itu orangnya rumit*. Mereka juga sering mengabaikan pendapat-pendapat orang lain yang menurut mereka "ah gak suka, gak sreg gua, halah ini halah ono", dan sama sekali masa bodoh terhadap yang terjadi di dunia luar, karena mereka punya penilaian sendiri terhadap sikapnya. Mereka peka, sangat peka, super duper peka dengan perasaan, sehingga mereka mampu menduduki posisi orang yang merasa tahu dengan keadaan orang lain. Hangat meski pendiem, setia kalo lu bisa meyakinkan mereka, dan sangat berkelas pandangan mereka karena mereka tidak pernah bercampur pikiran segampang itu dengan banyak orang. Cara ia menyampaikan isi hati dan maksud baiknya sering diungkapkan dalam pengubahan sajak, atau pilihan kata yang familiar oleh orang lain, serta tidak menimbulkan konflik.

Sifat utama mereka: puitis, kekanak-kanakan, masa bodoh.

2.       Tipe pikiran introvert – Introverted Thinker (Ti)

Tipe ini adalah tipe pikiran introvert, yang mendasari pertimbangan nalarnya berdasarkan logika deduktif, melalui keputusan yang bersifat subjektif. Bahasa simpelnya, "otak penjahat" wqwq, dimana mereka udah berpikir dua langkah lebih sadar ketimbang orang biasa. Mereka ini, bagi gw ibarat penghenti waktu. Mereka diem dan mikir aja itu bisa secara otomatis bisa menentukan apa yang harus dilakukan. Soal otak penjahat, mereka ini biasanya bereaksi karena ada yang memicu mereka, entah itu apaan, dan mereka sigap banget gitu mengambil sikap karena ada maksud tertentu, karena udah memahami duluan sebelum orang paham sama dia meskipun mereka menggunakannya untuk tujuan tersendiri. Mereka sangat mudah memahami sesuatu, sangat-sangat understanding meskipun kalo kata Jung, “Penilaiannya kelihatan dingin, tidak fleksibel, sewenang-wenang, dan kejam, karena dia kurang sekali berhubungan dengan objek (luar) daripada subjek (dirinya sendiri).” (Jung, 1921, hlm.384). Intinya, ga punya kepekaan untuk merasakan "apa dampak bagi orang lain dengan yang gua lakukan?"

Sifat utama mereka: teoretis, kepikiran, tidak praktis.

3.       Tipe pendriaan introvert – Introverted Sensation (Si)

Tipe ini adalah tipe pendriaan introvert, yang umumnya dipengaruhi oleh pendriaan mereka tentang penglihatan, cita-rasa, sentuhan (perabaan), dan seterusnya secara subjektif. Nah, mereka ini tipe orang yang ibaratnya "lemari rak buku", sadar dengan masa lalu yang mereka lewati. Tipe orang yang susah banget dipengaruhin, apalagi dikasih masukan, dan yang bisa menuntunnya adalah sejauh "apa yang sudah ia tahu langsung darinya" dan "apa yang sudah tertulis dalam catatan ingatannya". Tidak dapat dipengaruhi, ataupun diberikan stimulus tertentu agar berpengaruh, karena mereka punya kehendak sendiri untuk menyentuh dunia luar. Pengalaman sentuhan mereka buat ngerasain "trus ini apa hubungannya sama gua? gak ada kan? Yaudah." wqwq. Namun, ketika mereka tahu itu ada hubungannya sama dia, mereka akan lebih setia, tanggung jawab, berdedikasi, penuh keyakinan yang tak terbantahkan. Dari proses inilah, mereka sangat ahli dalam mengingat, menerka rasa yang sangat tajam, sampai pada halusinasi yang tidak dapat dijelaskan (Jung, 1921/1971). Halu di sini, adalah dunia mereka yang ingin diwujudkan. 

Sifat utama mereka: pasif, tenang, artistik.

4.       Tipe intuitif introvert – Introverted Intuition (Ni)

Tipe ini adalah tipe intuitif introvert, dipengaruhi oleh intuisi mereka yang memiliki nilai kuat terhadap dorongan-dorongan psikologis (kehendak, keinginan, kebutuhan, kepercayaan, dsb) secara subjektif. Wuah, kalo ngomongin tipe ini, mereka seperti cenayang, kayak kita baru natap mereka itu mereka "udah tahu lu mau ngapain ke gw, udeh sono." wqwq. Mereka dicenderungkan sebagai sosok yang terlihat menyendiri, tidak terhubung dengan dunia luar seutuhnya, mo ada orang ngapain kek, jungkat jungkit atau main sulap sambil nyanyi kek, tetep aja itu ga akan ngaruh buat tipe ini, karena mereka sadar sama "tujuan", "perspektif" dan "self-centered" diri mereka. Jung berpesan bahwa orang-orang intuitif introvert itu ibarat Patrick Star, yang kalo mereka mau hidup itu susah memahami motivasi mereka sendiri tetapi mereka mau ngelakuin itu untuk dengan caranya sendiri (1921/1971) biar mereka tuh paham kalo "oh ternyata masak itu pake komporya?" :v . Makna dan tujuan dapat menuntun mereka untuk sampe ke pemuasan batinnya, gw mau suka sama siapa kek, tau deh, tar juga gw kejar. Nah ini nih, yang bikin tipe mereka bakal auto-ambitious, determinan, dan penuh keyakinan sampe bener-bener tercapai (entah itu berhasil atau gagal; mengingat tipe mereka ini palingg gak suka yang namanya gagal).

Sifat utama mereka: mistik, pemimpi, unik.

5.       Tipe perasaan ekstravert - Extraverted Feeler (Fe)

Tipe ini adalah tipe perasaan ekstravert, yang sadar sama adanya perlakuan masyarakat atau orang lain yang menjadi kebutuhan dia. Orangnya butuh banget diakui, dicintai, dihargai, dan diberikan dedikasi. Mereka juga yang paling bisa memenuhi norma-norma masyarakat, perilaku suatu kelompok, jenis pergaulan sosial, dsb. Tipe ini biasanya sangat disukai karena mereka memperlihatkan keramah-tamahan, pribadi yang supel, cepat memahami kebutuhan orang lain karena ia menyesuaikan diri dengan yang sedang berinteraksi dengannya. Namun, seringkali ia akan terlihat seperti bernada palsu dalam berbicara pada kondisi yang ia tidak sukai. Nah ini nih, karena mereka suka banget nunjukkin keramahan ke orang lain, biasanya ga bisa dikenali bahwa "ini orang niatnya baik maksudnya apa ya?", dan terkadang tipe ini selain mampu nunjukkin kelebihannya untuk peduli, sebaliknya ia juga punya kemampuan untuk menyingkirkan orang lain, tergantung "dianya". Yang jelas, mereka lebih dikenal sebagai sosok mentor, guru, pembimbing bagi kehidupan masyarakat yang membutuhkan jalan untuk "memanusiakan" manusia.

Sifat utama mereka: bersemangat, fake-masked, peramah (suka bergaul) 

6.       Tipe pikiran ekstravert – Extraverted Thinker (Te)

Tipe ini adalah tipe pikiran ekstravert, yang mendasari pertimbangan nalarnya berdasarkan logika induktif, melalui keputusan yang bersifat objektif. Ini orang tipenya paling sadar sama yang namanya "masalah", dimana kalo mereka gak punya masalah, mereka gelisah. Tapi, kalo mereka punya masalahpun, mereka malah "tambah" gelisah wqwqwq. Orang yang berpikir ekstravert harus di melekin dulu sama kenyataan, biar mereka bisa nentui mau kayak gimana nasibnya, ia cenderung dianggap "pemimpin alami" karena mereka selalu memerhatikan dengan cepat apa yang gak beres disekitarnya, serta bisa nentuin nasib orang lain dengan “yang pasti-pasti aja”, karena mereka selalu mengambil sebuah prinsip di balik dari sebuah tindakan. Saking merekanya mau nuntut hal praktis, sebab itulah mereka tidak mau bebas nerima masukan orang lain, dan mereka akan cenderung miqir gini "lu siapa sih ngatur-ngatur gua?", sehingga apapun impian atau disiplin yang di terapkan, mereka gamau diusik sampe mereka itu nemu sendiri jawabannya kayak gimana.

Sifat utama mereka: objektif, kaku, dingin.

7.       Tipe pendriaan ekstravert – Extraverted Sensation (Se)

Tipe ini adalah tipe pendriaan ekstravert, yang umumnya dipengaruhi oleh pendriaan mereka tentang penglihatan, cita-rasa, sentuhan (perabaan), dan seterusnya secara objektif. Maksudnye? Yeah, simpelnya, mereka orang yang mudah "reaksi" dengan apa yang terjadi disekitar mereka, selain mereka gayanya penuh "aksi". Pengalaman, bagi mereka adalah, cerminan dari kehidupannya. Mereka selalu menerima apa yang enak, seru, mengasyikkan, baginya karena sudah dialami dan mereka selalu menikmati sesuatu yang sedang terjadi saat-saat ini. Gaya hidup orang-orang yang mengindra ekstravert ialah suka nyari dan nemuin pengalaman dari terlibat dengan keadaan-keadaan saat itu, menjadi pengaruh yang bisa mencairkan suasana sekitar. (1921, hlm. 363). Mereka paling bisa memahami seni; apapun jenis seni itu, kecuali seni yang 'lain' wqwq. Cuman, mereka itu sering banget kurang introspeksi diri karena terlalu cepat dalam bereaksi. Nah, ini akan menjadi hal menarik bagi tipe ini karena mereka akan selalu berakhir pada satu sudut pandang, sehingga mereka susah dan ogahan diyakinkan dengan pengalaman yang pahit menurut mereka.

Sifat utama mereka: realistic, sensual, periang.

8.       Tipe intuitif ekstravert – Extraverted Intuition (Ne)

Tipe ini adalah tipe intuitif ekstravert, dipengaruhi oleh intuisi mereka yang memiliki nilai kuat terhadap dorongan-dorongan psikologis (kehendak, keinginan, kebutuhan, kepercayaan, dsb) secara objektif. Pada tipe ini, mereka memang keliatannya polos atau lugu, karena mereka mudah bereaksi dan dipengaruhi sebagaimana keadaan di luar itu terjadi. Mereka sering menciptakan banyak peluang dan sadar dengan kemungkinan, namun mereka punya sikap sendiri di luar dugaan orang yang mengajak/mengaturnya. Ide itu, di isi kepala mereka boleh dibilang ga keitung, banyak sekali keputusan-keputusan yang dapat diciptakan untuk terlibat, antusiasme yang tinggi, mereka suka banget kepanggil oleh pancingan, jadi ga heran mereka kadang A kadang B, kadang C kadang A lagi, sehingga no one can guess well what their minds have karena mereka punya masalah terhadap komunikasi yang 'jelas', namun dengan demikian, mereka punya dorongan buat membujuk/mendorong kepercayaan pada orang lain, dan sering nambah resiko baru abis ngelakuin sesuatu yang lain.

Sifat utama mereka: berkhayal, berubah-ubah, kreatif.

Deskripsi singkat ke-8 tipe masing-masing

Sifat Se (Sensing Ekstrovert)

-Pencair suasana

-Fokus apa yang lagi terjadi "sekarang" dan peluangnya 

-Pencari kesenangan, keakraban, kegembiraan

-Harus ber"interaksi" biar beraksi

-Selalu bisa memberi hal yang bermanfaat bagi dunianya

-Tidak sabar, pikirannya sempit, tidak punya tujuan 

 

Sifat Si (Sensing Introvert)

-"Tahu" diri

-Fokus sama apa pentingnya yang telah "dimiliki" di masa lalu

-Pencari ketenangan, stabil-stabil aja, rasa aman

-Belajar semua hal dari "perbandingan"

-Semua yang dilakukan harus hati-hati / bertahap

-Konvensional, keras kepala, menghindari risiko

 

Sifat Ne (Intuiting Ekstrovert)

-Penemu hal baru

-Fokusnya menemukan ide-ide bagus

-Pencari harapan, inspirasi, optimisme

-Semua hal di dunia ini "bisa" diwujudkan

-Percaya dengan kekuatan perubahan / kemajuan

-Tidak menentu, tidak praktis, tidak fokus

 

Sifat Ni (Intuiting Introvert)

-Penentu tujuan 

-Pencari wawasan tentang kebenaran dan keberadaan

-Semua hal di dunia harus ada "kemauan" agar terwujud

-Percaya bahwa dengan se-visi bisa bersatu

-Terasing, pencari pembenaran, naif

 

Sifat Te (Thinking Ekstrovert)

-Pemerhati masalah

-Pencari konsistensi dan efisiensi

-Semua hal di dunia harus memiliki "hasil" 

-Tegas, kalo ada sesuatu langsung terlibat

-Terlalu cepat bertindak, menghakimi, mengontrol

 

Sifat Ti (Thinking Introvert)

-Pencari ketepatan/kebenaran

-Penuntut keterampilan dan kemandirian

-Semua hal di dunia harus "perhitungan"

-Percaya diri, yakin dengan kemampuan diri sendiri

-Terputus dari apapun, pikiran sendiri, meremehkan

 

Sifat Fe (Feeling Ekstrovert)

-Penyambung harmoni

-Pencari hubungan dan pertemanan

-Semua hal di dunia saling ber-"hubungan"

-Penilaian dari konsekuensi sosial

-Insecure, lari dari masalah, lebih "baik" dari siapapun

 

Sifat Fi (Feeling Introvert)

-Penjunjung nilai moral 

-Pencari kesesuaian perasaan dan tindakan

-Semua hal di dunia dinilai dari "kesan"

-Menyukai / minat sesuatu dari lubuk hati

-Tidak stabil, mengasihani diri sendiri, merasa benar sendiri

 

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Naise, begitu banyak penjabarannya, semoga bagian ini bermanfaat. Bakal berkaitan sebenarnya ini sama tes kepribadian yang lu kenal sekarang, namanya MBTI, trus itu apa dan bagaimana? Stay tune in Psychoanalysis Journals. :D

 

Referensi

Stein, M. (2010). Jung’s Maps of the Soul (12th ed.). Open Court.

Semium, Y. (2013). Teori-teori Kepribadian Psikoanalitik Kontemporer Jilid 1 (5th ed.). Kanisius.

Type Concepts At a Glance. (n.d.). [..Tumblr.com]. Retrieved November 25, 2020, from https://mbti-notes.tumblr.com/charts

 

 

Komentar