Puisi #42 - Aku Tua, jauhilah.

Aku tua.
Banyak hal kulewatkan.
Jenuh hati dan raga memerhatikan,
Semua keinginan dan keegoisan.

Aku tua.
Baik itu karenaku, atau siapapun,
Pikiran berhenti untuk tahu,
semua hal tentang kamu,
tentang tabu,
tentang rindu,
tentang haru,
atau
tentang pilu memeluk.

Aku tua.
tak merasa pantas lagi ku memiliki
mengharapkan keinginan terpendam di hati
hanya, Tuhan menciptakan siklus ini
membuatku semakin lebih kerdil.
agar aku, sebisa mungkin menjauhi.

Aku tua.
kini tiada perasaan untuk terbaca lagi.
tiada keinginan yang diungkit habis.
tidak lagi menggali perasaan yang lagi-lagi.
atau
tidak ingin mengulang semua yang pernah terjadi.

Hanya ingin duduk tenang.
Tenang, menikmati sepoi-sepoi angin
berkaca padaku, memandang matahari
cahaya berseri tak mampu mengencangkan kulit ini,
dan jiwa ini, yang terlalu padat berisi.

Berisi,
keseluruhan kejadian dan bentuk yang utuh.
Tak ingin di koyak layak roti isi
isi coklat, atau keju sekalipun
rasa itu tetap terpendam,
dan terjaga hingga ku temui mati.

Jauhilah aku,
jika hanya itu batas keingintahuanmu tentangku.
biarkan aku tua, hingga membusuk.
hingga rasa menjadi sebuah halu.

-Filusuf Pikun.


Komentar