Puisi #11 - Kayu Bakar


Kayu… Kayu…
Adakah yang butuh?
Ah. Aku lupa.
Pasti tiada yang butuh
Kayu bakar ini, ku bawa setiap waktu
Sekian detik langkahku
Untuk anakku, agar ia tetap hidup bersamaku.

Kayu… Kayu…
Mungkin tidak ada yang mau.
Banyak orang menggunakan selain dirimu.
Memasak, menumis, merebus air…
Ah, itu sama saja.
Bodohnya aku, ya.
Andai ku bisa lakukan sesuatu
Agar orang beli semua kayu bakarku.

Kayu…
Kayu…
Minyak, batu-bara, hingga tabung gas
Yang katanya membantu perekonomian hidup.
Tapi, bagiku…
Hanya orang tertentu berhak mendapatkan itu.
Siapa yang tak mau sengsara
Karena kebutuhan hidup, bagiku semua sama.
Ku lakukan agar “dia” tahu,
bahwa aku butuh uang
demi anakku, yang ingin makan
di warung ayam geprek sana, persis di pinggir jalan
tergiur ingin memberi satu suapan untuknya.

Kayu… kayu…
Adakah yang butuh?
Tidak. Tidak mungkin.

Manusia di dunia ini sama saja
Ingin mencukupi keinginan semata
Tak tahu, dan tak mau tahu
Pada yang merasa lebih butuh
Dan lebih dari sekedar keinginan nafsu.

Kayu… Kayu…
Anakku! Bertahanlah
Aku pasti akan membelikan
Satu porsi ayam geprek itu
Untukmu, kita makan berdua
Menikmat hidup ini yang begitu mencekik.

Kayu…
Ka.. Yu…
Aku selalu percaya
Bahwa kekuatan Dia itu ada
Siapapun mereka, ia akan menolongku
Tak peduli darimanapun
Ia pasti menjadi malaikat penolongku.

Kayu… Kayuu…
Kelak anakkku, kamu akan tahu.
Beratnya perjuanganku untukmu
Biarkan kayu bakar ini menjadi saksi
Di antara kita, pernah sulit menjajakan kayu ini.

Komentar