Infinite Life: Puasa dan Surga (Available in BHS-ENG)

(BHS sub)

Selama tiga puluh hari menjalani puasa Ramadan, aku menemukan banyak hikmah, terutama dalam hubungan antarmanusia. Puasa bukan sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi juga mengendalikan amarah, menahan dorongan hawa nafsu, serta menghindari prasangka buruk terhadap sesama. Dari pengalaman ini, aku menyadari bahwa surga yang Allah janjikan bukanlah tempat yang luas bagi mereka yang terjebak dalam kemarahan dan kebencian. Justru, untuk meraih surga, aku harus berusaha mengatasi berbagai tantangan sosial yang kerap menguji kekhusyukan dalam beribadah.

Namun, jika terus berpikir bahwa dunia ini penuh dengan keburukan dan kesulitan, aku hanya akan terjebak dalam prasangka dan ketakutan. Dunia terasa sempit ketika aku selalu waspada terhadap orang-orang di sekitarku tanpa menyadari bahwa mungkin aku sendiri pun memiliki kekurangan yang serupa.

Saat menghadiri khutbah Idulfitri di sekitar rumahku, seorang ustaz menyampaikan pesan yang menggugah hatiku: "Jika kamu tidak bisa menciptakan surga yang dapat menyelaraskan akhirat dari duniamu, maka kamu tidak akan mendapatkan apa-apa selain rasa takut dan ketidaknyamanan. Surga akhirat pun tidak akan mudah kamu raih." Kata-kata ini menyadarkanku bahwa jika aku hanya berbuat baik demi mendapatkan balasan dari orang lain, maka aku telah kehilangan makna sejati dari kebaikan itu sendiri. Surga dunia bukanlah sekadar kebahagiaan materi, melainkan kelapangan hati dalam menghadapi berbagai ujian hidup. Dengan demikian, setiap tantangan bukan lagi menjadi penghalang, melainkan sebuah proses menuju kedekatan dengan Allah SWT.

Ustaz itu juga menekankan pentingnya bersegera dalam berbuat baik. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an:

وَسَارِعُوٓا۟ إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,

Referensi : https://tafsirweb.com/1265-surat-ali-imran-ayat-133.html

Dalam ayat ini, Allah memerintahkan kita untuk segera bermaaf-maafan, mengikhlaskan segala yang telah terjadi, serta melatih diri untuk senantiasa berbuat baik, baik dalam hal berbagi harta maupun dalam melawan sifat pelit dan enggan memberi.

Agar bisa menciptakan "surga di bumi," ada beberapa hal yang perlu kita lakukan:

1. Melepaskan diri dari nilai kebendaan. Kita harus melatih mental untuk tidak bergantung pada materi. Orang yang terlalu terikat pada harta dan status sosial tidak akan pernah benar-benar merasakan kebahagiaan sejati.

2. Menghilangkan amarah. Menjaga hati tetap bersih dari dendam dan kebencian adalah langkah penting dalam menciptakan kedamaian di dunia ini.

3. Memaafkan kesalahan orang lain. Dalam Islam, memaafkan memiliki tiga tingkatan:

   - Tidak menuntut permintaan maaf dari orang lain.

   - Tidak menuntut balas, tetapi justru menyambung kembali silaturahmi dengan mereka.

   - Melupakan kesalahan seseorang dan memperlakukannya seolah ia tidak pernah berbuat salah kepada kita.

Dengan menanamkan nilai-nilai ini, kita dapat menciptakan kedamaian dalam diri dan lingkungan sekitar. Membuka pintu maaf bagi sesama akan menjadi jalan menuju kebahagiaan sejati dan harapan besar untuk memperoleh surga di akhirat kelak.

====

(ENG Sub)

For thirty days of fasting during Ramadan, I discovered many profound lessons, especially in human relationships. Fasting is not merely about abstaining from food and drink; it is about controlling anger, restraining desires, and avoiding negative assumptions about others. Through this experience, I realized that the paradise Allah has promised is not vast for those who are trapped in anger and resentment. Instead, to attain paradise, I must strive to overcome various social challenges that often test the sincerity of my worship.

However, if I continue to believe that the world is full of negativity and hardships, I will only be trapped in suspicion and fear. The world feels narrow when I am constantly wary of those around me, without realizing that I too may have similar shortcomings.

During the Eid sermon at the mosque near my home, an imam delivered a message that deeply moved me: "If you cannot create a paradise that harmonizes your afterlife with your world, then you will gain nothing but fear and discomfort. The paradise of the hereafter will not be easy for you to attain." These words made me realize that if I do good deeds only to receive something in return, I have lost the true essence of kindness itself. The paradise of this world is not about material happiness but about having a heart that remains open and patient in facing life's challenges. Thus, every trial is no longer an obstacle but a step towards closeness to Allah SWT.

The imam also emphasized the importance of hastening to do good deeds, as stated in the Qur'an:

وَسَارِعُوٓا۟ إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

"Hasten to forgiveness from your Lord and a paradise as vast as the heavens and the earth, prepared for the righteous."

Referensi : https://tafsirweb.com/1265-surat-ali-imran-ayat-133.html

In this verse, Allah commands us to quickly forgive, let go of past grievances, and train ourselves to always do good, whether through generosity with our wealth or by overcoming selfishness and reluctance to give.

To create a "paradise on earth," there are several key steps we must take:

1. Freeing ourselves from material attachments. We must train our minds not to be overly dependent on wealth. Those who are too attached to possessions and social status will never truly experience genuine happiness.

2. Eliminating anger. Keeping our hearts free from grudges and resentment is crucial in fostering peace in this world.

3. Forgiving others. In Islam, forgiveness has three levels:

   - Not demanding an apology from others.

   - Not seeking revenge but instead rebuilding relationships with those who have wronged us.

   - Completely forgetting someone's mistakes and treating them as if they had never wronged us.

By embracing these values, we can cultivate peace within ourselves and our surroundings. Opening the door to forgiveness for others will pave the way for true happiness and bring us closer to the hope of attaining paradise in the hereafter.

Komentar