Golden Emptiness: Cosmic

 Let everything you do, just only God knows that you have a reason for love…

When people think you are “mocking” as kindness persona, let it be…

Keep following a great scenario to inspire..

Always be mindful, just enjoy what is going to be…

 

Dear tahun baru, bulan baru.

Hari-hari yang kulalui sebulan ini cukup memberiku banyak tantangan, apalagi banyak hal yang diluar dari dugaan bahkan yang tak pernah terpikirkan.

Selang beberapa hari, temanku menyarankan sebuah buku yang mungkin bisa kubaca hingga tak menyangka aku bisa menyelesaikannya kurang dari satu bulan dan kisahnya cukup mengharukan. Aku belajar bahwa hidup untuk 'bahagia' tidak harus melakukan berbagai skenario agar mendapatkan apa yang ku harapkan. Menjalani hidup yang sedang terjadi saja, ternyata menguak berbagai banyak pelajaran yang bisa diambil dan bisa memetik butir ke butir nilai yang membimbingku kepada value yang berarti. Soal kematian, kehidupan, keberlimpahan, kemiskinan, kehampaan, kebersamaan, keutuhan, kekosongan, kesenangan, kesedihan; apapun itu, bukan sesuatu yang bisa dikehendaki dengan mudah. Semua berjalan apa adanya. Membutuhkan kesadaran yang tenang untuk menyadari itu. Dan ini ternyata tidaklah buruk :). It possesses a weightlessness, transcending the burden of mere judgment on trivial matters.

Ketika sudah membiarkan diri menuju kekosongan, memang manusiawi pada umumnya; sering kali mengharapkan kebersamaan. Begitupula melihat orang yang merasa bernasib 'buruk', pembandingan dengan orang yang bernasib (yang menurutnya) lebih 'baik' dianggap sebuah gratifikasi seolah-olah si 'baik' ini tidak ngaca dulu atau sadar diri dulu sama keadaannya yang bernasib 'buruk'. Kesalahpahaman seringkali jadi bahan untuk "digoreng" ketika keduanya saling menunjukkan siapa yang berada di pihak kebenaran. Bulan-bulan inilah, manusia berproses untuk menemukan titik kesatuan, dimana Jung pernah menanggapi itu sebagai proses enantiodromia, yakni gesekan konflik yang saling berseteru untuk menciptakan chemistry yang asli. 

Mengapa demikian?

Karena manusia ingin menuju kebahagiaan. Menjemput titik kesepakatan bersama, sinergitas antara keputusan dan kesempatan. Kesempatan menggambarkan jalan apakah yang terlukis dan Keputusan membimbing jalan manakah yang harus dipilih. Terkadang, ketika sudah menemukan dua substansi ini, rasa takut menjadi kawan yang reflektif untuk langkah apapun yang dipilih, jalan manakah yang terlukis. Tanpa rasa takut, tidak ada potensi. 

Menjadikan kematian yang bahagia berarti menyelesaikan jalan yang terlukis hingga bermuara kepada manisnya hasil yang dnikmati. Tidak mengapa bila kita belum menemukan jawabannya. Selalu ada sekecil pelajaran yang mungkin manusia melewatkannya, namun bila sudah menyadari kepingan itu, maka pelajaran berikutnya akan membukakan jalan pada lembaran berikutnya. Sampai kapan? Sampai lembaran tersebut sudah dinyatakan 'selesai'. Itu berarti, memang benar. Kebahagiaan ditentukan oleh Tuhan. 

Kalau memang kebahagiaan ditentukan manusia itu sendiri, memang bisa terjadi. Dikisahkan bahwa ada orang yang dengan tanpa merasa bersalah bisa "merenggut" kebahagiaan orang lain. Tuhan juga takkan ikut campur atas masalah tersebut melainkan dengan membiarkan itu terjadi agar kedua pihak bisa menyadari pelajaran yang selama ini tidak disadarinya, atau seringkali diabaikannya. 

Mengutip apa yang dikatakan ibuku, "Happiness is not our responsibility." 

Lalu aku menambahkannya dalam gumamku, 

It's a Cosmic. It happens with God's scenario, to make you learn what you should do next. 

Kalau memang menyedihkan ketika kehilangan materi, setidaknya kamu tidak kehilangan dirimu sendiri. Masing-masing manusia punya tanggung jawab untuk membahagiakan diri sendiri. Membahagiakan di sini untuk kesejahteraan bersama, bukan keinginan individually. Kalau untuk diri sendiri, haha yasudah. Cuma itu sajakah yang diinginkan? Padahal Allah punya janji yang lebih berarti dari sekedar uang :)

Tidak masalah bila harus memulai dari awal. Angka 6 selalu mengakhiri lengkungan pada point yang tidak dapat dikehendaki. Tidak kembali ke masa lalu, bahkan ke masa depan. Adegan yang sempat dilalui di tengah perjalanan menjadi panggung untuk tetap berulang kembali hanya dengan judul teater yang berbeda. Di situlah letak hal yang tidak disadari manusia, disaat yang sama kepingan itulah yang menjadi jalan yang terlukiskan. 

Kamu mungkin tak menyangka, bahwa perasaanku padamu masih sama. Hanya satu hal yang kuubah, my focus. Kalau aku ditanya apakah aku masih menyukaimu atau tidak, jawabanku tetap sama. Aku masih menyukaimu, hanya aku tetap punya tujuan yang lebih penting dari itu. Sisanya kuserahkan padamu, atau tidak sama sekali. Jika dari awal tidak kusampaikan, mungkin akan terasa menyesakkan. Cuma aku saja, mungkin, tapi, dengan hal yang kulakukan, aku membuat semangatmu hidup. Semangat karena masih merasa dikagumi. Itu adalah sensasi yang sangat meaningful, jika kamu tak menyadari itu.  

Human spirit comprehends their potential when they're accepting their exhibitions and pleasure, gaining emotional tense to uplift their ways to keep going through the life. Hanya karena cinta dibalik sebuah pertemanan, itu dapat encourage kelemahan seseorang untuk bangkit dan menjadi sesuatu yang 'baru' atau 'berbeda' di lini hidupnya. Kadang sungguh bahagianya melihat rekan kerja yang awalnya dingin menjadi sedikit ekspresif dan hangat pada anak-anak. Hanya dengan mendengarkan masalahnya saja, justru menjadi cara melepas energi negatif baginya. Ruang memang tidak terlihat, menurut Habib Ja'far, namun ia sangat luas dan bebas bergerak. Semakin membesar ruangnya, semakin lelah energi negatif berputar hingga ia melebur perlahan seperti debu. Mengenai ini, ini soal waktu, bagaimana energi dibiarkan berputar di sebuah ruang yang luas seiring waktu terus berjalan.

Dear January,

Semoga ada makna yang tergali lagi di bulan berikutnya. Akan selalu ada cinta dan kesedihan di waktu bersamaan, namun itu begitu bermakna. Goodbye. 


  

 













Thank you, Albert Camus.

Good bye, January. ~

Komentar

Postingan Populer