Golden Emptiness: "Mati Bahagia" Book Review

 Belajar dari buku yang kubaca dari Albert Camus yang berjudul "Mati Bahagia", sedikit sekali yang bisa kuserap dari cerita yang disampaikan dari tokoh orang ketiga yang bernama Patrice Mersault. Beliau orang yang berjuang untuk menjalani hidup dengan traumanya akan cinta, kebahagiaan, dan skeptis terhadap hidup. 

Ketika berpikir akan cinta, segalanya bisa dibeli dan dia merasa cinta itu tidak adil baginya setiap saat untuk dinikmati. Dia tidak pernah puas bagaimana menyalurkan apa yang disebut sebagai "hasrat", sehingga dia memilih caranya untuk 'mencintai' hidup dengan cara demikian. Sekalipun ia berpikir akan pernikahan, ia tidak pernah mencintai dan bahkan tidak ingin menyebutkan kata 'cinta' dalam hidupnya kepada pasangan yang ia miliki. Cinta, menurutnya tidak segalanya. Cinta itu tidak ada. Segalanya tidak memerlukan cinta dan tidak harus disikapi dengan kata cinta. Dia justru membencinya. Karena dia sendiri belum atau bahkan tidak merasa memiliki cinta untuk siapapun. 

Begitupula dengan kebahagiaan yang ia pikirkan. Bahagia baginya, hanyalah berakhir ketika sudah tidak lagi hidup. Hidup memang tidak adil, manusia bekerja 8 jam namun berakhir dalam kondisi sulit untuk melakukan apapun yang dapat mengobati rasa lelahnya. Entah apa yang kutulis ini, seperti apa yang 'orang lain' rasakan pada umumnya. 

Dari semua yang dialaminya, antara cinta dan kebahagiaan, dia masih merasa bahwa hidup itu secara sempurna adalah kurungan. Dia berpikir bahwa tidak ada yang bisa dilakukan selain melampiaskan hasrat dan menjalani apa yang menurutnya baik tanpa pertimbangan. Apa yang menurutnya baik, sekalipun itu harus menghilangkan nyawa orang lain tatkala merasa ada seseorang yang merenggut keinginan atau tujuannya. 

Seiring waktu, dia menelusuri berbagai perjalanan yang selalu mendapatkan berbagai hikmah diluar dari apa yang dia bayangkan. Beberapa temannya yang beranggapan tentang hidup memang punya caranya masing-masing, namun setiap manusia berhak atas kebahagiaan itu sendiri. Bahagia yang diciptakan memang indah, tetapi keberadaannya tidak akan bertahan lama karena kebahagiaan itu sendiri tercipta bukan karena kemauan kita sendiri, melainkan apa yang disebut "irama hari". Hari dimana setiap situasi yang tercipta dihiasi oleh setiap manusia yang terlibat, untuk membuat setiap yang tercipta itu dapat menumbuhkan semangat hidup yang sesungguhnya. Sepert, berada disekeliling orang yang disayangi, mengerjakan PR, mengikuti instruksi yang benar, menolong orang yang kesusahan, mengakui kesalahan, itu merupakan proses seseorang menanamkan kebahagiaan yang akan subur dan harvest dalam jangka panjang. Sehingga, ketika sudah panen itulah, cinta itu tumbuh. Cinta, memang tidak harus memiliki. Dan cinta juga tidak harus melangsungkan pernikahan untuk membuktikan seseorang bahwa ia saling menyayangin dengan pasangannya. Tetapi, cinta itu adalah sesuatu yang tercipta karena sebuah chemistry yang telah tumbuh semenjak itu ditanamkan.  Artinya , hidup untuk mencintai, membahagiakan, dan menghidupi segenap perjalanan tidak lain adalah tujuan manusia, yakni menciptakan sumber kebahagiaan. 

Kebahagiaan memang bukan tercipta atas diri sendiri, melainkan sesuatu yang sudah terjadi pada saat-saat ini lalu diapresiasi sebagai proses menuju diri yang completely happy. Ada masanya ketika sudah lengkap bagian dari hidup, manusia harus menghadapi yang namanya kematian. Tanaman yang sudah cukup lama hidup, tidak berarti ia abadi. Keabadian itu hal biasa dan kebahagiaan adalah manusiawi. Menciptakan kebahagiaan dari menjalani apa yang ada pada hari hari itu merupakan sebuah proses yang hasilnya didapat karena menjalani apa yang terjadi di hari itu tanpa menaruh ekspetasi tinggi dari diri sendiri. Namun, kematian tidak dapat dihindari. Karean manusia memiliki batas yang tidak bisa di intervensi. Batas yang kita tidak ketahui, dan jalan menuju lorong gelap yang tak berujung. Ketika sudah meraih kebahagiaan tanpa menyimpan kenbencian, saat itulah kesuburan dari 'tanahnya' terjaga hingga siapapun yang menanam kebaikan di satu tempat tersebut, maka ia itu akan subur dan panen dalam bentuk kebahagiaan.

Mersault punya cerita sendiri, bagaimana ia meyadari bahwa tidak ada perjalanan hidup yang sempurna. Kesempurnaan baginya adalah sesuatu yang duniawi. Kebahagiaan yang berakhir dengan manis dan indah adalah sesuatu yang layak dimiliki. 

Komentar