No One Understands Me: Ditinggalkan
Hai.
Semenjak kejadian itu, hari semakin lama. Dalam sehari, apa yang kukerjakan tak terasa cukup lama. Dunia serasa berhenti untuk bergerak cepat. Seraya ada sesuatu yang memperlambat waktu untukku menanti sesuatu yang bisa diraih.
Entahlah.
Mungkin itulah, yang kusebut penantian.
Begitu berat dijalani, serasa memikul kepastian yang ku harus tancapkan di atas puncak masa depan.
Tapi, saat aku ingin berupaya mencapainya
"Mengapa ini semakin hari semakin berat?"
Entah siapa yang salah, dunia seakan menjatuhkanku beribu kesalahan.
Apakah aku kurang memberi perhatian? Ataukah aku kurang berani keluar untuk menempuh perjalanan?
Atau apakah aku memang terlalu banyak mengeluh?
Aku jadi takut.
Aku mulai merasa khawatir.
Yang dicintai telah tertarik lebih banyak hal yang diluar dari jangkauanku.
Rasa takutku menggebu, ketika rasa penatku berubah menjadi halu.
Halu akan perpisahan yang sebenarnya belum tentu terjadi.
Dan, jika yang dicintai telah pergi, mungkin aku akan siap terluka berat.
Merenungi kesedihan yang akan menuntunku pada keterasingan.
Tanpa tujuan.
Tanpa harapan.
Dan tanpa gairah.
Mungkin akan lebih nyaman jika aku menjadi orang yang tampak jelek di mata wanita.
Jarang sisiran, spray dengan perfume, atau mau tau banyak tentang ketertarikan wanita.
Karena jika di posisi itu, akan banyak air mata yang di awal minggu menetes.
Tapi,
Kuharap itu tidak terjadi.
Meski aku yakin, terjadi atau tidaknya, aku akan baik - baik saja.
😶
Komentar
Posting Komentar