Pertemuan (lagi)

"WOI, lu kenape lagi?"

"Ada hal yang terjadi."

"... lagi?"

"Kenape?"

"Gw merasa di campakkan lagi."

"dan kali ini, sama seseorang yang..."

"AHH. Lu selalu saja ga berubah."

"Dari Si A, si H, si F, si N, dan sekarang si.."

"Iya, tapi gw paham sih dia kenapa.."

"Dia sebel karena ngga dapet apa yang diinginkannya hingga tercapai"

"Cara ia melampiaskannya, lagi lagi sama seperti cara si F memperlakukan gw."

"... layaknya pecundang."

"gw sampai saat ini masih bingung."

"apakah iya, hati yang tulus itu tidak akan pernah ada yang tahu, atau bahkan tidak pernah ada?"

"sepintas gw berpikir, diperjalanan gw."

"ternyata orang khawatir di dalam jiwanya yang terpendam itu, tidak akan mungkin ditunjukkan pada siapapun."

"dia akan selalu terlihat sebagai orang yang punya 'maksud', selalu dianggap seorang yang punya intrik."

"sedangkan orang yang terlihat sangat khawatir, dia justru sebaliknya."

"mungkin lu bisa mengetahui itu, iyakan?"

"....."

"Ko lu tumben cerita sama gw?"

"lu biasanya mengabaikan gw."

"lu gapernah yah, kalau disakiti gapernah jujur sama diri lu sendiri."

"yhaaa namanya juga kepribadian sadar lu, tapi lu jan abaikan gw lagi dong!"

"lu mah gitu, giliran ada yang bikin lu seneng, lu lupa sama gw." :)

"Iya, maaf ya. Maaf banget. Gw bener-bener baru di titik ini bicara lagi sama lu."

"kenapa ya, gw terlalu sibuk menutup kejelekan bahkan aib dari siapapun yang menurut gw berharga."

"cape ga sih?? 😬"

"Hmm.. kalau gw sebagai bayang-bayang lu, gw cuma bisa ngikut aja apa dikata lau," 

"karena iya itu, lu memberikan gw banyak intent untuk mencari tau hingga sampe lu bisa nemu titiknya."

"mang yang lu sadari sekarang ini ada perkara yang besar yang gabisa lu tanggung?"

"Iya, ada."

"sudah mulai ada maksudnya."

"Hoo, yaudah gini aja."

"mendingan lu akhiri aja semua itu."

"biar yang ditinggalkan akan mengerti lebih dalam sama perbuatannya."

"biasanya orang punya shadow masing-masing. lu nya aja yang terlalu nempatin diri lu jadi shadow dia."

"gimana?"

"Iya, gw sih setuju, tapi.."

"gw baru inget sebuah pepatah. entah itu dari pandangan gw sendiri atau pengalaman yang ada terkumpul jadi satu."

"Apa itu?"

"Pria sejati adalah seorang prajurit."

"ia tidak berguna bagi banyak hal kecuali sebagai pelindung dan pejuang."

"kalau dia berhenti menghadapi situasi itu, artinya dia tidak akan pernah bisa menang dari rasa takut dan kecemasan di masa depan."

"sebaliknya, jika dia menang, lu pasti udah tau itu.

"Oh, sama seperti yang sudah-sudah ya? "

"Hmm.."

"Tapi kenapa baru menunggu kesempatan yang sama?"

"mangnya orang yang bersama lu itu sepaham sama lu juga?"

"itu aja sih. mikir hemat gw."

"ga heran kalau kepala lu di tempeleng atau di tabok sama seorang perempuan, mau itu tua atau muda, rasanya sakit banget njiiing."

"gw yang sakit. lu nya yang cepet banget maafin."

"sama kan sama yang udah-udah?"

"......" 

"...."

".."

"Hmm oke."

"tapi gw punya firasat,"

"kalau gw masih bisa bertahan. tanpa harus gelisah."

"Iyalah?"

"Tentu saja. :)"

"karena..."

"gw udah pernah melewati ini sebelumnya."

"tapi bedanya,

"gw udah bisa lebih peka sama perasaan gw sendiri."

"ngga ada yang perlu disalahkan. pasti, manusia semuanya takkan pernah lari dari sebuah penyesalan."

"sekecil apapun."

"masalahnya,"

"setiap manusia itu mau menyadari dan mengakui, atau nggak sama sekali,"

"itulah yang akan membuktikan bahwa dia telah lebih sadar tentang dirinya sendiri."

"that's it."

"......"

"Yaudah, seterah lu yee."

"tapi tenang,"

"gw selalu ko jadi tempat lu diskusi."

"jan sungkan ya. :D"

"Oke. makasih ya."

"Ho'oh." 

Komentar