Sefruit Perspektif
Oi.
Mungkin kalian tidak menyadarinya. Setiap peristiwa yang terjadi menyimpan berbagai rahasia yang sangat terstruktur, masif, dan sistematis. Bukan karena rahasia inilah, namun peran jiwa yang merasa terancam dan takut inilah yang menjadi warisan terbesar sepanjang sejarah kehidupan, hingga manusia bisa menggapai keniscayaannya untuk diterima dan bisa menerima.
Kita mulai dari pertama kali adanya sudut pandang tentang adanya virus COVID-19. Sebuah pertanyaan dalam diri saya adalah "mengapa virus itu ada?", mengapa menjadi ancaman terbesar dalam kehidupan manusia sedangkan masih ada virus yang belum ditangani secara intensif di negeri +62 ini. Jujur, saya masih belum bisa menemukan adanya kredibilitas virus COVID-19 yang telah terjadi semenjak dilandanya ketakutan terbesar dari pesan-pesan dan feed sosial media Instagram. Mengapa? Karena COVID-19 pada dasarnya tidak memiliki landasan ilmiah untuk membuktikan bagaimana bentuk virus secara morfologi. Gagal, mereka dalam membuktikan. Siapa mereka? Kita sampai saat ini belum pernah tahu siapa yang mencetuskan nama dari COVID-19 tersebut. Bukannya tidak mau menerima kenyataan, namun semua itu telah terpola dari grand plan dan sejarah yang telah terukir semenjak wabah flu sebagai pandemic di tahun 1920an tersebut.
Apa yang membuat saya tidak percaya sedikitpun terhadap keberadaan virus?
Sederhana saja. Ia adalah diagnosa atau makhluk yang tidak dijelaskan dengan jelas bentuk serta asal-usulnya. Banyak orang sudah mulai takut dan cenderung paranoid ketika mendengar kata virus dan sontak menutup wajah dengan masker, mencuci tangan, lalu menjaga jarak. Pola seperti ini, mendidik masyakarat untuk mengadopsi OCD (obsessive compulsory disorder) secara tidak sadar. Simptom OCD inilah yang awalnya sebuah penyakit kejiwaan kini menjadi budaya masyarkat dunia untuk selalu mencuci tangan dan menggunakan masker setiap saat. Bahkan, di gedung-gedung tempat umum, semua orang harus terlihat menyeramkan dengan penggunaan maskernya. Inilah yang menjadi budaya sekaligus pembinasaan nilai-nilai humanisme dalam jiwa manusia, karena manusia harus dijadikan 'robot' atau budak untuk mematuhi pemerintah, dan pemerintah juga harus mematuhi protokol bullshit yang disebut sebagai 'kesehatan'.
Sekarang, mari kita lihat mengapa saya berani mengatakan protokol kesehatan adalah sebuah 'bullshit'?
Baiklah, semoga yang membaca ini semakin membenci saya dan di akhir nanti kalian akan ingat kembali tulisan yang saya buat di tahun 2021 ini sebagai penutup tahun terburuk dalam kehidupan mansia.
Kita mulai dari peraturan pertama; mencuci tangan.
Kita semua paham, dengan menjaga tangan dari kuman dan kotoran merupakan bentuk pencegahan dari berbagai penyakit, karena tangan yang kita gunakan seringkali bersentuhan dengan berbagai barang-barang yang kita tidak tahu darimana asalnya. Namun, kalau karena sebuah makhluk yang bernama virus bisa menempel di bagian epidermis kulit dari tubuh manusia, lantas bagaimana caranya virus itu bisa membunuh manusia sedangkan di tubuh manusia dilengkapi berbagai proteksi yang sebut sebagai imun tubuh? Hal inilah yang menjadi kesulitan saya dalam mencerna pola pikir ini, karena dalam praktek ibadah Muslim, berwudhu adalah bentuk kesucian yang dipraktekkan untuk ibadah shalat, dimana setiap Muslim diwajibkan untuk mensucikan diri dari kotoran ataupun hadats. Mengapa penggunaan alkohol menjadi sebuah 'candu' bagi manusia saat ini sebagai bentuk proteksi tubuh yang disebut sebagai protokol kesehatan? Jelas sekali, karena tubuh manusia bila menerima alkohol akan mengurangi sel-sel yang akan regenerasi. Itulah Allaah SWT mengharamkan alkohol, sekalipun dipakai untuk kesehatan, namun dipakai berlebih, bisa menyebabkan kerusakan didalam tubuh manusia tanpa sadar. Minuman beralkohol, sanitizer beralkohol, dan semacamnya, secara tidak langsung membunuh manusia perlahan-lahan, ketika semua manusia sudah terdoktrin untuk merasakan takut dan paranoid dalam menghindari virus tersebut, kebutuhan untuk menggunakan alkohol sebagai kesehatan adalah sebuah adiksi, hingga menjadi kompulsif dalam menerapkan protokol kesehatan tersebut!
Kedua, masker.
Mungkin dengan menggunakan masker menjadi poin plus atau pencegahan yang baik dalam menjaga kesehatan, terutama dalam menghadapi polusi udara yang cukup besar intensitasnya. Namun, ini akan menjadi cambuk bagi masyarakat ketika masker sudah menjadi kewajiban yang tidak dapat dijelaskan. Masyarakat mulai takut dan menggunakan masker karena adanya keberadaan virus yang tidak terlihat itu, menjadi keyakinannya. Tanpa disadari, pola menjaga jarak dari interaksi sosial, lingkungan alam terbuka, tempat umum, menjadi sarang bagi ketakutannya yang harus dihindari semaksimal mungkin. Mengapa demikian? Karena diciptakannya ketakutan dari sosial media, berbagai surat kabar elektronik memberikan infografik menakutkan seolah semua orang sudah tidak bisa lagi hidup 'normal' seperti biasa. Bagi mereka yang tidak menggunakan masker cenderung dijauhi dan dikucilkan dari masyarakat karena dianggap sebagai pembawa virus untuk orang lain. Pasalnya, seperti yang saya katakan, virus itu mudah mati dengan adanya imun tubuh yang bekerja sepanjang manusia itu sendiri yang melatih tubuh tersebut tidak diam dalam bergerak dan tetap pada pola makan yang sehat seperti daging, ayam, ikan, olahan halal, buah-buahan dan sayuran segar, serta air mineral yang cukup untuk kebutuhan hidrasi tubuh. Namun, ketakutan dan paranoid inilah yang menitikberatkan mental serta imun orang-orang untuk saling menghindari satu sama lain.
Ketiga, PCR/Swab/antigen
Untuk apa sebenarnya test tersebut yang setelah diketahui, test tersebut menurut Dr. Kary Mullis, tidak efektif untuk mendeteksi virus HIV. Hal ini menjadi sebuah tanda tanya, mengapa PCR menjadi test yang sangat paten untuk mendeteksi virus sedangkan PCR sendiri adalah test yang merupakan reaksi rantai yang polimer, artinya memuat banyak sekali gejala dan aspek biologis di dalam reaksi tersebut; tidak hanya ada virus (ghaib), tetapi juga ada bakteri, jamur, lendir, dan semacamnya, dimana ia harus dipisahkan dahulu inang rantai itu, yang menunjukkan keberadaan dari si 'virus' tersebut.
Anehnya, mengapa sampai saat ini orang-orang tetap mempercayai penggunaan dari alat test tersebut? Singkatnya, itu sudah dijalankan oleh sistem, melalui sosial media ataupun announcement dari media massa, sedangkan beberapa dokter saja juga tidak ada yang sepakat untuk menggunakan test tersebut dikarenakan rantai polimer tersebut tidak dipisahkan sehingga menimbulkan pertanyaan tentang apa yang membuat keberadaan virus itu 'ada'.
Okay, dari tulisan saya ini memang akan anda anggap ngaco dan circular reasoning. Tapi, jika kalian berpikir dua kali selagi sadar dari 2-tahun ditipu oleh virus ini, 'mengapa mereka tetap ada bagaikan mata rantai?' Hal inilah yang telah saya ambil sebuah kesimpulan dan sudut pandang yang sangat efektif tentang sistem geraknya rantai pasok atau sekarang kita mengenal adanya Supply Chain.
Supply Chain, menurut Mudjiyono Ridjan, S.T., MM., sewaktu saya mengikuti pelatihan beliau, adalah sebuah proses yang menggerakkan bisnis dengan mengelola bahan tertentu untuk dijadikan produk yang memiliki nilai dan berintegrasi dengan kebutuhan manusia sehari-hari. Supply Chain bisa dikatakan bisnis yang tidak pernah mati, artinya selama produk tersebut memiliki value dan dapat berputar dengan roda logistik yang kuat, sehingga baik secara cross-functional (antar pegawai perusahaan) maupun Inter-organizational (antar perusahaan atau negara), pergerakan produk tersebut tidak akan mati karena manusia akan di-mindset untuk selalu bergantung pada produk tersebut.
Pertanyaannya adalah, apakah vaksin merupakan bagian dari agenda Supply chain yang manusia harus bergantung pada produk tersebut agar mereka diakui sebagai kewarganegaraannya? Iya betul sekali.
Mengapa demikian?
Karena agenda yang ingin di goal-kan kaum elit global dunia adalah penanaman chip di tubuh manusia agar manusia bisa dikendalikan dan tiada lagi batasan privasi di jejaring internet. Mula-mula, sektor kesehatan harus dijadikan sebagai ladang bisnis secara masif, agar terbukannya jalur rantai pasok bagi pengusaha besar yang menanamkan modal investasi dan sahamnya untuk membuat uang mereka bekerja memodalkan vaksin yang dibutuhkan orang-orang di dunia. Siklus inilah yang juga memberi dampak pada prosi tubuh manusia, dimana harus menerima berbagai injeksi vaksin, dari tahap 1, 2 dan kini mulai dibuka gelombang 3 vaksin. Untuk apa? Agar tubuh manusia bisa ditanamkan chip atau benda asing detector! SEMAKIN SERING MANUSIA MENGGUNAKAN VAKSIN, SEMAKIN BIAS SISTEM PERTAHANAN TUBUH YANG MANUSIA MILIKI DI DALAM TUBUHNYA, SEHINGGA 'BIAS' NYA TUBUH YANG TIDAK BISA LAGI MENCIPTAKAN SISTEM KEKEBALAN TUBUH, YANG DIMANA VAKSIN MENGAMBIL ALIH TUBUH MANUSIA UNTUK MENCIPTAKAN SISTEM KEKEBALAN TUBUH, MAKA DENGAN MUDAHNYA BENDA ASING 'APAPUN' BISA MASUK KE DALAM TUBUH MANUSIA!!
Apakah kalian sadar? Vaksin yang kalian gunakan selama ini adalah sebuah pola suplai rantai terikat untuk menggiring kalian di tato oleh lembaga internasional dan kalian dijadikan 'tanda' dan di lacak kemanapun kalian pergi, mereka bisa mematikan kalian kapansaja, dan mereka akan menjadi "Tuhan" untuk men-depopulasi manusia secara perlahan.
Dan tahukah anda?
Tidak semua orang bisa menerima suplai obat yang sudah memiliki kadar tinggi dalam dosis kebutuhan manusia, terutama bila obat tersebut masuk ke dalam pembuluh darah dan mengganggu kerja syaraf untuk membaca molekul obat atau sel tersebut. Sehingga, tubuh kita akan sulit untuk mendeteksi adanya penyakit apapun yang masuk ke dalam tubuh dikarenakan sistem syaraf kita telah dikacaukan oleh penggunaan vaksin secara berkala! Kalian tidak sadar kan? Iya, dengan begitu, SAYA BERANI TARUHAN DENGAN KALIAN PARA PEMBACA, BAHWA ALASAN LEMBAGA WHO MEMBUAT DOT TATTO RFID CHIP YANG AKAN DITANAMKAN DI TUBUH KALIAN ADALAH KARENA VIRUS SUDAH MENYERANG SYARAF TUBUH MANUSIA, KETIKA DI TAHUN 2020 SKENARIO WHO SUDAH MEMBUAT VIRUS ITU DIKATAKAN BISA MENYERANG GINJAL ATAU ORGAN PENCERNAAN!! sehingga WHO pasti akan menawarkan solusi agar tubuh manusia bisa merasakan reflek dan sistem syaraf mereka adalah DENGAN MEN-IMPLAN CHIP RFID DI TUBUHNYA YANG SUDAH DISERTIFIKASI SEBAGAI WARGA YANG TIDAK TERKENA COVID ATAU virus omnicron atau apalah bullshit tersebut!!! Melalui metode Supply chain inilah, siklus ini SUDAH DIMULAI TANPA SEMUA ORANG SADARI, dimana kesehatan telah menjadi value dan bisnis kesehatan vaksin telah menjadi kebutuhan yang TIDAK AKAN PERNAH MATI kecuali ada sekelompok manusia yang berani berikrar untuk TIDAK MEMBUTUHKAN VAKSIN, maka rantai pasok tersebut terputus dan perekonomian akan stabil dan tidak memberikan keuntungan bagi penguasa atau investor modal dengkul!!
Itulah, yang sudah saya prediksi dan saya yakin perencanaan ini sedang ongoing. Mulai dari sekarang, berhati-hatilah dengan dosis vaksin yang sudah kalian terima di dalam tubuh kalian. Karena, SUATU SAAT VAKSIN ITU AKAN MEMUDAHKAN KALIAN MENJADI DOMBA YANG DIIKAT OLEH PENGUASA atau MENJADI BUDAK DUNIA.
2020 World Economy Forum sudah menyatakan "we will own nothing, but we will be happy", kini selanjutnya apa yang mau dilakukan WEF? Dan kalian masih merasa butuh dengan suplai rantai bisnis kesehatan itu? Cukup, mulailah berhenti, lakukan pemberontakan dari sekarang, sebelum terlambat.
Komentar
Posting Komentar