Puisi #52 - Cukupkan
Mengejar hati tiada habis
Isak memori hingga traumatis
.
.
Kenapa, perasaan pribadi?
Tidak cukupkah bagimu puas diri?
Apa iya, menginginkan adalah solusi?
Ketika semesta penuh misteri,
dan kau hanya bisa mengemis?
.
Kesal? Tentu saja.
Dengan tingkahku yang bergeliat.
Terjatuh tak berarti tak melihat.
Hanya dengan terbuai, halu membabat.
Seluruh rasa, tak terjamah.
Yang diinginkan untuk di ah-ah-aaah.
Namun, tak sebejat itu, wahai pemuda.
Kamu hanya tenggelam dalam hasrat.
.
.
Bangunlah, untuk sekian kalinya.
Keinginan takkan menjawab semua rasa.
Biarkan terhapus oleh realita.
Idealisme terkubur dengan pasrah.
Tak berarti mengabaikan cinta.
Namun,
Masihkah aku tetap terpantaskan?
Iya. Hanya.
Itu sudah tercukupkan.
Komentar
Posting Komentar