Puisi #48 - Enantiodromia
Dualitas
Fenomena kehidupan yang sesungguhnya
Perbedaan kontras tampakkan identitas
Cahaya dan Kegelapan
Siang dan Malam
Matahari dan Bulan
Pria dan Wanita
Kebaikan dan Kejahatan
Kejujuran dan Kebohongan
Kepercayaan dan Penghianatan
Kecintaan, dan, Kebencian
Mengapa mereka ada?
Entahlah.
Menjadi sebuah kunci krusial
Tentang rahasia alam semesta
Dimana, alam semesta ini berpasangan
Tak mengenal subjektivitas belaka
Tak pula terukur oleh, objektivitas
Keajaiban yang nyata di kehidupan,
Tanpa disadari oleh akal logika
Dan hati bungkam tak berkata
Seluruh Firman Tuhan selalu bersabda,
“semua sudah diatur dalam satu alam semesta”
Namun,
Bodohnya manusia.
Depankan ego ‘tuk mengingkari kebenaran!!
Tak menyadari ada kebenaran yang harusnya dipercaya
Tumpukan jerami bagaikan sebuah fakta dan peristiwa yang
diciptakan
Sedangkan kita, tidak lain adalah sebuah jarum kecil
Yang tenggelam dari manipulasi kenyataan.
Apakah itu juga fenomena dualitas? Tanyaku.
“Iya, tentu saja…”
Lantas, mau sampai kapan dualitas akan menghilang?
Aku tidak mau hidup dalam kebencian
Aku tidak mau hidup bersama kegelapan
Aku tidak mau hidup dengan skenario penghianatan
Dan,
Aku tidak mau hidup melalui serangkaian kebohongan!
Diriku yang satunya, menjawab…
“Tentu saja, siapa yang tidak mau hidup di dalam semua itu?”
“Karena…”
Inilah kehidupan.
Akan ada kematian bersanding dengan kehidupan.
Dan akan kebaikan yang membalas keburukan.
Semua berada dalam satu skenario tunggal.
Kamu, dan aku yang menjadi peran utama
Yang tertindas oleh, peran-peran lainnya.
Jika kamu ingin meninggalkan kebohongan, lakukanlah
kejujuran.
Jika kamu ingin menghempaskan kebodohan, pelajarilah dan
amatilah.
Kamu akan melihat, dan menyadari, bahwa,
“hidup ini sudah sangat seimbang”
Kamulah yang menentukan,
Apakah menjadi pengampun, atau pendosa?
Yakini semua hal di dunia ini, pasti terjadi.
Namun,
Tidak semua kehidupan terjadi karena alam
Terkadang, ada cahaya hati manusia yang padam
Ingin menciptakan dunia menjadi sebuah ketakutan
Hanya bermodalkan keberanian membuat kita tetap bertahan
Fakta mampu dimanipulasi
Sejarah bagai telapak tangan yang dibalik
Sedangkan,
tak ada satupun yang bisa membalikkan telapak kaki
karena,
Kebenaran sesungguhnya ada pada langkah kaki.
"Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan" - Q.S. 67:15
Mengapa?
Karena itulah dualitas.
Hidup diantara keinginan manusia,
Hasrat,
Keegoisan,
Harapan,
melawan dengan kebutuhan kodratnya.
Seimbang sebagaimana semestinya.
Semua kembali padamu,
"maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya"sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu,dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya." - Q.S. 91:8-10
Berjuanglah, di dalam satu alam keseimbangan.
Pilihlah jalan yang akan kamu temui.
Kamu akan temukan,
Kebenaran yang sesungguhnya.
Komentar
Posting Komentar