Cerpen #9 - The Tale of White Demon (Hikayat si Iblis Putih)
The Tale of White Demon (Hikayat Iblis Putih)
“Aaaaaaaaaaaaarrrgggh……..”
Teriakan Firman begitu menggelegar, setelah mengetahui apa yang ia lihat setelah Frika menggandeng lengan seorang lelaki yang berasal dari Bogor itu. Ia pacu Kawasaki W-nya dengan kecepatan sangat tinggi. Hampir menyentuh di ujung spidometer akhir. 170 km/jam. Bahkan lebih. Tetes air matanya di bawa pacu hingga air matanya bertebaran ke jalan raya. Penjemputan Firman untuk Frika dari sebuah restoran terhempas sia-sia. Saat itu, pukul 02.45 dini hari.
Sesaat menuju arah rumah, kecepatan motor Firman sangat melesat cepat. Jalan raya saat itu cukup sepi, tanpa kendaraan lewat sedikitpun dari lawan arah. Air mata Firman membasahi pipi hingga penglihatannya tersembab. Namun, tiba-tiba dari kejauhan ia melihat seekor kucing berwarna putih bercorak oranye menyebrangi jalan raya. Spontan mengetahui hal itu, Firman menginjak rem kakinya sangat keras hingga ia tak terkendali. Lalu, ia terlempar sejauh 40 meter dari tempat kejadian ia berhentikan motornya. Kepalanya terbentuk batu yang cukup besar karena terpelanting jauh, hingga bersimbah darah cukup banyak. Jalanan saat itu sangat sepi, tiada satupun orang yang mengetahui hal tersebut. Beruntung kucing itu selamat, namun tidak dengan Firman.
Lampu jalan yang terang benderang di sepertiga malam itu, tiba-tiba saja berkedip cukup cepat. Diiringi lampu ruko, bengkel, restoran, rumah pangkas rambut, hingga gedung sekolah yang tutup itu, berkedip cukup cepat. ‘Praaaaakkk… cessssss….. cessssss…. cessssss…’, seluruh lampu di sekitar tempat Firman terkapar itu memecah. Gelap gulita pun menyelimuti Firman yang terdiam tak sadarkan diri. Tiba-tiba saja, muncul sebuah kabut hitam mengitari jasad Firman secara perlahan-lahan. ‘Wuuuusssshhhhh……… ‘ kabut tersebut semakin berputar, semakin menggumpal, hingga membentuk jelmaan seorang lelaki tua berpakaian putih. Berambut putih, sangat mengkilap. Pakaian kain menjungkal ke bawah dan menutupi seluruh tubuh sang lelaki tua tersebut. Tatapannya sangat tajam, raut muka yang cukup serius, dan ia memasang wajah tersenyum saat melihat jasad Firman terbaring bersimbah darah yang sudah mengering. Dengan isyarat jari telunjuk yang lelaki tua tunjuk mengarah Firman, seketika Firman terangkat perlahan-lahan dan membuatnya Firman berdiri tegak. Cahaya putih menyelimuti Firman di setiap bagian tubuhnya yang terluka, lalu seluruh lukanya mulai memudar, hingga menutupi goresan dan baretan luka beratnya. Firman lalu terbangun, tanpa sadar membuka mata dengan terkejut.
“Siapa anda?”
“Saya adalah Mephistopheles. Iblis yang menukar jiwa untuk kekuatan ilmu pengetahuan dan kesenangan pribadi.”[1]
“Ilmu pengetahuan? Kesenangan pribadi? Apa maksudnya?”
“Manusia itu sangat menjunjung sebuah ilmu pengetahuan, dan mengejar sebuah kesenangan dalam hidupnya. Maka, kaum Iblis seperti kami ingin menukar jiwa kami untuk terjun di dunia untuk mendapatkan kedua hal itu dari manusia.”
Firman terperangah, dan seketika sedikit mengabaikan dengan tertawa kecil,
“Ah, haha. Tidak mungkin! Jangan mengada-ngada anda! Sudah tua tapi pikirannya ngayal aja! Apa jangan-jangan anda ini pasien kabur dari Rumah Sakit Jiwa, ya?!”
Lelaki tua itu terdiam. Dengan cepat seketika, tanpa melangkah sedikitpun, ia mencekik Firman. Mata lelaki itu menjadi hitam gelap dan mulutnya berubah membentuk gigi seperti seekor ikan hiu.
Lalu ia berbisik, “Maukah kau ku tukarkan jiwamu kepada kami??”
Firman tercekik dan meraung kesakitan.
Kemudian Lelaki tua itu melanjutkan,”Aku bisa merasakan penderitaanmu yang begitu dalam. Kau telah dikecewakan oleh seluruh duniamu, hingga tak ada satupun yang menerimamu.”
Firman semakin tercekik, dan terdiam saat setelah mendengar perkataan lelaki tua tersebut.
Lalu ia melanjutkan, “Sekarang, demi melampiaskan semua penderitaanmu, aku akan menawarkan kau sebuah kekuatan, untuk membunuh semua pahlawan yang menghalangi jalanku, dan untukmu agar kau dapat membunuh semua orang yang menghalangi jalanmu juga,”
“Lupakanlah! Keluargamu, yang telah bercerai dan membiarkanmu terpuruk,”
“Lupakanlah! Sahabatmu, yang telah menghianati dan memanfaatkanmu sebagai pelampiasan hidupmu!!”
“Lupakanlah! Semua ilmu pengetahuan yang kau kuasai dan ternyata hanya berakhir sia-sia untukmu!!”
“Dan, lupakanlah!! Sosok yang telah mencerabut hatimu hingga ia memilih orang lain selain dirimu!!”
“LUPAKANLAAH!!! LUPAKANLAAAH!!!”
Firman semakin menjerit kesakitan, dan setiap ujaran lelaki tua tersebut merasuk ke dalam tubuh Firman hingga tubuh Firman menjadi panas dan seluruh urat nadinya menjadi putih. Kulit di sekujur tubuh Firman, menjadi pucat pasi. Matanya sayu, giginya menumbuhkan taring yang sangat tajam, seperti seekor serigala.
Dan akhirnya, lelaki tua tersebut menyampaikan kata terakhirnya, “baiklah, jika kau sudah siap, aku akan menunggu kehadiranmu, wahai pemuda lemah!!”
Firman terlempar dari cekikan lelaki tua tersebut, dan seketika ia menghilang. Firman yang terjatuh itu, terbangun dengan wajah penuh kebingungan. Ia memperhatikan sekujur tubuhnya menjadi sangat putih. Tubuhnya terbentuk badan yang bidang, betis kakinya yang bengkak, seperti tubuh orang yang atletis. Setelah tersadar, ia mencari kendaraannya yang terjatuh itu, lalu ia menyalakan kembali mesin motornya, dan ia berangkat.
Pagi yang cerah di daerah sekitar kelurahan Cimarvel, di mana hiruk pikuk mulai membisingkan sekitar. Tertidur pulasnya Firman yang dari semalam terjaga di sebuah café yang belum di buka. Waktu menunjukkan pukul 08.45. Mendengar suara klakson bis kota yang cukup keras dan nyaring, Firman pun terbangun. Ia melihat jam tangannya dan ternyata ia sangat terkejut.
“Wah.. gawat!! Gw harus kuliah, ada kuis dari Pak Jerry.”
Dengan terburu-buru tanpa membersihkan diri, Firman memacu Kawasakinya menyusuri jalan lurus di keramaian kota. Emosi Firman pun ikut terpacu dengan keras sehingga ia tiba-tiba saja, punggung Firman mengeluarkan sayap besar seperti kelelawar dan mulai mengembangkan sayapnya, hingga Firman terbang yang bersamaan dengan melepasnya motor yang ia kendarai. Terbang. Tinggi. Dan semakin tinggi. Mata Firman berubah menjadi sorot mata elang. Memerah. Lalu pupilnya memutih. Menatap ke atas, semakin tinggi, seolah-olah mengejar apa yang ada di atas langit. Cahaya. Harapan. Sebuah hidup baru yang tidak pernah ia alami sebelumnya. Berevolusi, menjadi manusia setengah iblis. Iblis Putih. Tiba-tiba kepalanya tumbuh sepasang tanduk kecil yang ada di kepalanya. Kemudian, ia berteriak, ‘Awokowkowkwokwowkowk……’ berteriak dan bercampur dengan intonasi tertawa. Tubuhnya sejenak melebar. Kedua otot lengannya semakin membesar. Perut dan lingkar pinggangnya semakin mengecil, dan sixpack. Hingga akhirnya, ekor panjang yang memiliki ujung seperti anak panah pun tumbuh. Di atas langit, ia berteriak, ‘Awokwokowkokwokowkokwok……’ sambil terbang berputar-putar. Dengan kecepatan melesat ke bawah, ia landing menuju belakang gedung kampus lalu terjun menapaki tanah hingga seluruh debu berterbangan dan menyelimuti wujud Firman yang berubah itu. Dan seketika, Firman berubah kembali menjadi wujud normal. Selang beberapa menit kemudian, salah satu temannya memperhatikan Firman di kejauhan.
“WOII.. Firmaaaan!! Kok lu nggak pake baju sih ke kampus?”
Tanpa sadar, Firman kaget tiba-tiba bahwa baju yang ia pakai telah koyak dan tersisa beberapa kain dan bahan nempel di tubuh Firman yang kekar itu.
“Eh, iya buset, kok baju gw gak ada, jak??” terheran Firman kepada Rojak, teman yang memperhatikan Firman itu hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala.
Firman lalu menghampiri Rojak dan bertanya, “eh, jak. Kira-kira lu masih punya baju lagi nggak untuk gw pakai ke kampus? Lu kan tahu kalau rumah gw jauh banget, jadi gw susah untuk balik lagi ke mari.”
Rojak pun bingung dan masih terheran dengan penampilan Firman dan tubuh Firman yang terlihat baginya tidak seperti Firman yang biasanya. Yang ia tahu, tubuh Firman cukup tidak beraturan. Perutnya buncit. Dadanya tidak bidang, melainkan sangat tepos alias lemas. Lengan sangat lembek, seperti orang pemalas.
Terbesit pikiran Rojak ingin bertanya hal itu namun ia abaikan, akhirnya Rojak merespon,
“Yaudah, nih lu pakai jaket gw aja. Jaket gw ini kan panjang, jadi bisa menutup perut sama dan pinggang lu juga.”
Firman pun menerima jaket dari Rojak, lalu ia kenakan. Tubuh Firman semakin terlihat dan membentuk postur dari jaket yang ia kenakan. Sejenak Rojak terdiam dan terheran.
“Terima kasih ya, bro, hehehe. Maaf ya gw sudah merepotkan lu.”
“Nggak. Nggak apa-apa, santai aja.”
Kini keduanya berjalan melenggang menuju kelas.
Pukul 17.45, di mana seluruh kelas yang diikuti Firman telah selesai. Sepanjang alur kegiatan Firman di kampus dikejutkan seluruh mata yang memandang tubuh Firman. Bahkan ada yang terlihat naksir dengan Firman, namun mata Firman tetap dingin dengan suasana tersebut. Ia keluar dari gedung kampus dengan langkah cepat, karena sudah merasa insecure dengan keadaan tersebut. Tiba-tiba saja, Mephistopheles muncul kembali di depan parkiran tepat di kejauhan Firman memandang.
“Mephisto!!”
“Ah, ternyata kau masih mengenalku. Apakah kau sudah siap untuk memilih jalan hidupmu?”
“Cih, memangnya siapa kau? Kau tidak lain adalah musuhku!”
“Mengapa kau berkata seperti itu??”
Dengan melangkah cepat menghampiri Mephisto, Firman berkata,
“Aku memang gagal mencintai Frika. Aku memang gagal tidak dapat menyatukan keluargaku yang bercerai. Aku juga memang gagal mencintai passion yang ku geluti. Dan Aku juga gagal dalam menentukan sikapku saat sahabatku memanfaatkan kemampuan ilmu pengetahuanku. Tapi, aku sadar!! Aku adalah manusia, bukan iblis. Aku adalah ciptaan Tuhan yang memiliki kesempurnaan utuh. Aku memiliki jiwa malaikat dan iblis tepat di kedua pundakku, ku bawa, dan ku jadikan sebagai jalan bagiku untuk menyeimbangi kehidupan ini agar aku mampu menghadapinya dengan seluruh kekuatanku. Tapi, tidak dengan kekuatan yang kau berikan untukku!!!” tepat menghampiri Mephisto, seketika Firman merubah tubuhnya ke wujud Iblis Putih sambil mengarahkan kepalan tinjunya ke wajah Mephisto. Dan Mephisto pun terpelanting jauh hingga menabrak dinding dan seng gedung belakang kampus. Seketika, langit menjadi sangat gelap. Seluruh cahaya dan listrik lampu padam.
“HNHNHNHAHAHAHAHAHA!!!! Seperti itukah kau berani menantangku?,” wajah Mephisto membekas kepalan tangan yang di terima dari Firman. “Kalau begitu, aku akan perlihatkan wujudku!!”
Gumpalan kabut hitam berkemul dan mengitari tubuh Mephistophales. Tubuhnya mengitam dan membentuk persis yang Firman miliki. Sayap yang tumbuh berbentuk sayap burung elang berbulu lebat. Hitam. Pekat. Yang membedakannya, pada wajah Mephisto membentuk dagu lancip tajam yang menukik ke bawah. Wajahnya semakin mengerut, bertanduk empat. Pada pergelangan jarinya masing-masing tumbuh duri tajam kecil dan tebal. Dan seluruh pakaiannya terhempas. Telanjang. Namun tubuhnya dikelilingi oleh kabut hitam yang tebal.
“Sekarang, kau tentukan takdirmu, manusia!!!”
Teriakan Mephisto yang memulai pertarungan dengan Firman, lalu Firman juga berteriak, ‘Awokowkokwowkowkokowok……’
Keduanya berlari dan memulai pukulannya secara bersamaan menuju kepala masing-masing. Hingga keduanya terpelanting sejauh 60 meter. Dengan sangat cepat dari kedipan mata, Mephisto langsung menghampiri Firman dan memukul wajah dan tubuhnya saat ia berbaring. Darah demi darah bertumpahan di tubuh Firman, namun Firman membalas dengan satu pukulan kuat yang ia arahkan menuju perut Mephisto. ‘DUAAAARRRRR……’ pukulan kerasnya itu hingga Mephisto berteriak ‘MEEEEEEEEEEE………’ hingga ia terpental ke langit sangat tinggi. Kemudian, dengan sigap Firman menghampirinya terbang menuju langit di mana Mephisto terpental. Hanya dalam kedipan mata, Firman menemukan Mephisto dan melakukan pertarungan di atas langit. Antara Iblis Putih dan Malaikat Hitam berseteru, yang keduanya saling memukul satu sama lain.
Tetesan darah keduanya berjatuhan ke bumi sampai banyak orang mengira hujan ‘tinta’ karena warna airnya hitam pekat. Pertarungan Firman dan Mephisto terus berlanjut. Tiada henti darah menetes hingga berderas layaknya hujan. Melesat, terbang, lalu memukul, lalu terhempas, lalu melesat lagi, memukul, tanpa henti. Malam panjang pertarungan di antara keduanya tidak ada satupun yang saling bertumbang. Tidak ada satupun yang mengalah. Penjuru kota dihebohkan hujan tinta yang entah darimana asalnya. Langit menghitam pekat dan seketika mengeluarkan suara gemuruh petir yang mencekam. Setiap jeda 3-detik petir tersebut menghantam setiap sudut kota yang memiliki tempat yang tinggi. Bangunan kantor, gedung sekolah, tempat hiburan, rumah penduduk, bahkan awak media pun sulit merekam video amatir dari fenomena tersebut, dikarenakan petir tersebut menyerang semua aktivitas yang melibatkan aliran listrik, terkecuali sebuah bangunan suci yang di sebut Masjid di setiap sudut kota yang masih aman terkondisi dengan baik tanpa adanya kerusakan, sehingga banyak orang berbondong-bondong untuk berlindung di dalamnya.
Pertarungan yang tiada henti inilah, Firman semakin tidak tahan untuk mengakhirinya. Dan akhirnya tinjuannya mengarah empat tanduk Mephisto tersebut, hingga Mephisto terjatuh ke bumi dan membentuk kawah yang cukup besar. Firman pun akhirnya terjun, dan menapak hingga debu tebal menghempas.
Lalu, Firman menarik leher Mephisto dan berkata, “Apa yang membuatmu untuk memberikan kekuatanmu ini untukku?”
Mephisto yang terbaring lemas menjawab, “karena manusia itu lemah. Hanya dengan penderitaan yang ia lalui, ia mudah sekali mengeluhkan berbagai keadaannya. Padahal, mereka adalah makhluk yang lebih cerdas dibandingkan kaum kami,”
Firman terdiam, Lalu Mephisto melanjutkan.
“Sudah terlalu banyak penderitaan manusia alami, yang itu karena nasibnya sendiri. Pihak kami, keluarga Lucifer merasa bangga telah memenangkan kebodohan manusia yang tidak bisa menentukan nasibnya sendiri. Hanya golonganku, yang menginginkan manusia itu memiliki kesempatan kedua, untuk memperbaiki nasibnya. Namun, Gabriel menentangku dikarenakan aku adalah seorang iblis. Aku bukanlah malaikat. Aku memang bisa menjadi wujud iblis hitam atau putih. Kekuatan yang kuberikan padamu, adalah sebagaian dari pakaian jiwaku, supaya kau gunakan untuk membalas semua orang yang telah menyakitimu hatimu yang luka itu. Maka dari itu, kau tidak harusnya bertarung denganku, melainkan bergabunglah bersamaku, untuk membunuh semua yang telah menghianati satu sama lain.”
Firman tersenyum dan berkata, “Hai, Mephisto. Dengarlah. Setiap derita adalah sebuah ujian. Ujian untuk manusia karena itu adalah hasil dari apa yang ia terima. Terkadang, manusia itu butuh luka supaya ia sadar bahwa ia bukanlah makhluk yang sempurna. Untuk menjadikan dirinya semakin kuat, maka ia harus di berikan luka, supaya ia menjadi diri yang terlatih dan kuat menghadapi setiap masalah dalam kehidupan. Baik di antara kalian, malaikat atau iblis, kalian tidak memiliki luka, melainkan hanya bisa mendatangkan nikmat atau fitnah. Artinya, kalian tidak bisa juga menaruh kesempatan yang kalian berikan untuk manusia seutuhnya. Justru, manusia memiliki akal untuk berpikir, agar ia dapat menyadari semua kekurangannya di hadapan Tuhan. Dan ia akan jadikan perasaannya untuk mengubah semua yang telah ia pikirkan menjadi hal baru untuk memulai kembali lagi kehidupannya. Itulah yang di sebut penentuan nasib. Dan itulah yang tidak kalian miliki, tapi manusia memiliki itu, karena manusia percaya kepada takdir dari Tuhan berikan untuk menuntun kami kembali ke jalan yang benar.”
Mephisto lalu tersenyum dan berkata, “memangnya bagaimana cara kalian percaya kepada Tuhan?”
Firman menjawab, “berserah diri. Dengan ibadah yang telah di percaya sebagai jalan untuk kembali kepada titik abadi. Titik yang satu-satunya dapat menyadari bahwa kami masih punya kesempatan kedua untuk memperbaiki semua. Memang, jiwa manusia itu mudah mendapatkan penyesalan, namun penyesalan itu tidak berarti kami mengakhiri hidup. Melainkan, kami jadikan itu sebagai ungkapan rasa yang tidak bisa di terima oleh diri kami sendiri. Itulah manusia. Dari ketidaksempurnaan yang ia punya, kami juga akan selalu memiliki kepercayaan terhadap bagaimana menyentuh Tuhan kembali dalam jiwa kami. Bagaimanapun caranya. Dengan begitu, kami akan kembali lagi bagaimana caranya untuk mengamalkan ilmu pengetahuan demi kebermanfaatan orang banyak dan tetap menyebarkan kembali cinta kasih sayang kepada manusia demi memenuhi kebahagiaan bersama. Itulah yang aku inginkan. Atau mungkin, seluruh manusia inginkan. ”
Langit gelap seketika mulai memudar. Wujud Mephisto seketika berubah menjadi bentuk lelaki tua biasa. Lalu ia berkata,
“Selamat. Kau lulus ujian dariku.”
Seketika kabut hitam dan putih berkumpul di antara Firman dan Mephisto. Lalu, tiba-tiba Firman berteriak merintih kesakitan, ketika jiwa Iblis Putihnya berusaha untuk memisahkan diri dari tubuh Firman. Gumpalan kabut tersebut membentuk sebuah tornado besar, yang membawa Mephisto di angkat ke langit, bersamaan dengan jiwa Iblis Putih yang melekat pada Firman.
“AAAAAAAAAAAAARRRRRRRGGGGGGGHHHHHH!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!”
Teriakan Firman menggelegar begitu keras. Di kejauhan, Mephisto berteriak,
“Jadilah dirimu yang lebih kuat, nak!”
Firman tidak sempat menggubris perkataan Mephisto ketika ia masih berteriak. Lalu, perlahan tornado tersebut menghilang. Firman pun terjatuh, lalu terbaring lemas.
Adzan berkumandang, pukul 04:20 membuat Firman terbangun di sebuah kamar tempat tinggal. Dengan sigap, Firman terbangun dan keluar dari ruangan tersebut dan tiba-tiba,
“Hai, Firman. Lu itu masih sakit, kok malah bangun sih?”
Dihadapannya ia melihat Friska yang sedang membawakan segelas air hangat untuknya. Sontak Firman terkejut.
“Gw mau keluar sholat dulu, ya.”
“Oke.”
Firman bergegas keluar rumah dan berlari menuju masjid yang ada tepat di sebelah rumah Friska, lalu menuaikan sholat shubuh berjamaah di masjid.
Setelah selesai, ia kembali ke rumah Friska lalu bertemu dengannya.
“Bagaimana kabarmu? Sudah membaik?”
Firman hanya tersenyum dan menjawab, “Iya, aku sudah membaik.”
Wajah Friska perlahan-lahan mulai mengerut, dan ia menangis sambil memeluk Firman.
“Maafkan aku, aku harusnya lebih menghargai kamu dari siapapun. Aku sadar bahwa laki-laki itu belum kukenal dan aku masih takut menghadapinya. Aku hanya bisa meminta perlindungan darimu karena kamu lebih mengetahuiku dari siapapun. Maafkan aku!!! Hiks…hikss..hiks..”
Lalu Firman mendorong Friska dengan memegang kedua bahunya, sambil berkata
“Untuk sekarang, lawanlah rasa takutmu jika kamu adalah orang yang kuat. Jika kamu memang orang yang kuat, maka latihlah setiap luka dan masa lalumu dengan tantangan yang ada di hadapanmu. Dengan begitu, kamu akan menjadi sosok yang kuat dan aku akan sangat bangga bila kamu dapat menghadapinya. Sekalipun kita sudah tidak lagi bersama, aku akan menjadi sahabat yang bisa membantumu dan berada di sampingmu. Jika waktunya tiba kamu akan berada di samping orang lain, bagiku itu tidak masalah.”
“Tapi, aku hanya takut kamu akan terluka…”
“Every people deserve to get love, but they deserve to get hurt, too., agar mereka terlatih dan semakin kuat menjalani kehidupan.”
Friska tersenyum dan memeluk Firman kembali, kemudian kecupan bibir di antara keduanya pun bersemi.
“Friska, terima kasih ya.”
“Iya, Firman. Aku pun juga berterima kasih. For everything you gave me.”
Firman pun melepas pelukan hangat dari Friska, dan ia pun akhirnya pergi meninggalkan Friska.
“Sampai jumpa.” ucapnya dengan berbisik.
Perjalanan Firman pun kembali bermula, seketika ia berubah menjadi seorang Iblis Putih dan terbang ke langit, sambil berteriak,
“AWKOWKOWKOWKOWKOWKWOKWOK…………”
-END-
[1] https://www.behindthename.com/name/Mephistopheles/submitted
Komentar
Posting Komentar