Infinite Life: Sinkronisitas: Saat Semesta Berbisik dan Takdir Menyapa

Suatu malam, saya dan istri saya, Aisyah, memutuskan untuk menikmati waktu bersama. Kami berjalan, bercerita, dan di tengah kebersamaan itu, kami berfoto di sebuah photobooth bertuliskan "Selfie Time". Sebuah momen kecil yang terasa hangat dan intim. Namun hal yang lebih menarik terjadi kemudian—adik saya, Rezky, tanpa kami ketahui, juga sedang berfoto di photobooth dengan pasangannya pada waktu yang hampir bersamaan, hanya di tempat yang berbeda. Kami tidak membuat janji, tidak saling memberi kabar, namun entah bagaimana, kami terhubung dalam aktivitas yang sama di waktu yang sama.


Apakah ini hanya kebetulan biasa? Ataukah ada makna tersembunyi di baliknya?


Jawabannya bisa jadi terletak pada sebuah konsep mendalam dalam psikologi analitik Carl Jung, yaitu sinkronisitas.


---

Apa Itu Fenomena Sinkronisitas?

Sinkronisitas adalah istilah yang diperkenalkan oleh Carl Gustav Jung untuk menjelaskan peristiwa-peristiwa kebetulan yang memiliki makna secara pribadi atau spiritual, meskipun tidak memiliki hubungan sebab-akibat yang jelas.

Jung menyebut sinkronisitas sebagai “acausal connecting principle”, yaitu suatu pola keterhubungan antar peristiwa yang tidak disebabkan secara langsung, namun tetap terhubung karena memiliki makna simbolis yang dalam bagi individu yang mengalaminya.


Contoh klasik yang Jung gunakan adalah saat seorang pasien menceritakan mimpi tentang seekor kumbang emas, dan pada saat itu juga, seekor kumbang serupa mengetuk jendela ruangan konsultasi mereka. Bagi Jung, ini bukanlah kebetulan semata, melainkan resonansi antara dunia batin (psikis) dan dunia luar (fisik).


---

Bagaimana Sinkronisitas Bekerja dalam Kehidupan Sehari-hari?

Dalam kehidupan sehari-hari, sinkronisitas bisa muncul dalam bentuk:

- Bertemu seseorang yang sudah lama kita pikirkan, tanpa sengaja.

- Mendapat pesan atau simbol berulang yang menjawab pertanyaan batin kita.

- Merasakan kesamaan peristiwa, minat, atau ide dengan seseorang pada waktu yang bersamaan, tanpa komunikasi sebelumnya.


Jung percaya bahwa peristiwa-peristiwa ini terjadi ketika ada kesiapan psikis dari dalam diri kita—pikiran, niat, atau emosi tertentu—yang kemudian “dipantulkan” oleh realitas luar. Dalam hubungan yang dekat, seperti saudara kandung atau pasangan, sinkronisitas bahkan bisa muncul sebagai bentuk resonansi batin, karena alam bawah sadar kita saling terhubung lebih dalam.


---

Sinkronisitas dan Takdir dalam Islam: Sebuah Titik Temu

Dalam Islam, ada sebuah konsep besar yang melampaui waktu dan ruang: Lauh Mahfudz, tempat tertulisnya segala takdir makhluk sejak sebelum mereka diciptakan. Segala hal—mulai dari kelahiran, rezeki, pertemuan, hingga kematian—telah ditetapkan oleh Allah SWT dalam kitab-Nya yang sempurna itu.

Maka muncul pertanyaan: Apakah sinkronisitas merupakan bagian dari takdir?

Bisa jadi, ya. Jika kita melihat sinkronisitas bukan sebagai sihir kebetulan, melainkan sebagai cara Allah menunjukkan keteraturan-Nya dalam bentuk simbolik dan menyentuh jiwa, maka pengalaman-pengalaman seperti itu adalah refleksi takdir yang sedang menyapa kita dengan lembut. Mungkin itulah bentuk tanda-tanda yang Allah tunjukkan kepada mereka yang mau berpikir (يتفكرون yatafakkarun).

Sebagaimana dalam QS. Al-Baqarah ayat 286:  

"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya..." 

— maka mungkin, melalui sinkronisitas, Allah sedang menunjukkan bahwa kita sedang berada di jalur yang seharusnya. Bahwa orang-orang yang hadir, kejadian-kejadian yang muncul, dan momen-momen yang kita alami, bukanlah semata kebetulan, melainkan bagian dari aliran takdir yang telah tertulis.


---

Kesimpulan: Ketika Jiwa, Semesta, dan Takdir Menyatu

Pengalaman kecil saya bersama Aisyah dan Rezky bukan hanya menjadi cerita lucu tentang kebetulan. Ia menjadi jendela kecil menuju sesuatu yang lebih besar—sebuah pengingat bahwa hidup tidak pernah benar-benar acak. Bahwa ada benang-benang halus yang menenun kisah kita, menyambungkan jiwa-jiwa kita, dan mengarahkan langkah kita.

Mungkin inilah cara semesta berbisik, dan takdir mengetuk.

Dan tugas kita adalah mendengar, merasakan, dan memahami, bahwa hidup ini, sesungguhnya, adalah perjalanan penuh tanda—bagi mereka yang ingin membaca.


--

ENG Sub

Synchronicity: When the Soul, the Universe, and Destiny Align

One evening, my wife Aisyah and I decided to enjoy some quiet time together. We walked, talked, and eventually found ourselves at a photobooth called “Selfie Time.” It was a small, cozy moment—simple, yet warm and intimate. 

But then something curious happened.

Later, we found out that my younger brother, Rezky, had also taken photos in a photobooth with his partner—at almost the same time, in a different location. No prior plans. No messages exchanged. Yet somehow, we were doing the same thing at the same moment, apart but connected.

Was this just a random coincidence?

Or was there something deeper beneath the surface?

That question leads us to a fascinating concept from Carl Jung’s analytical psychology: Synchronicity.


---

What Is Synchronicity?

Synchronicity is a term coined by Carl Gustav Jung to describe meaningful coincidences—moments that are not causally related, yet seem to be deeply connected in a personal or spiritual way.

Jung called it an “acausal connecting principle,” meaning that even though there’s no clear cause-and-effect between the events, they’re still linked by the meaning they share for the person experiencing them.

One of Jung’s classic examples: a patient described a dream about a golden scarab beetle, and just then, a beetle of the same kind tapped at the window of the consultation room. For Jung, this wasn’t just coincidence—it was a symbolic alignment between the inner (psychic) world and the outer (physical) world.


---

How Synchronicity Shows Up in Daily Life


Synchronicity can appear in small, everyday moments that feel just a little "too perfect" to be random:

- Thinking of someone and receiving a message from them shortly after.  

- Hearing a song whose lyrics mirror your inner thoughts or struggles.  

- Sharing the same preferences, experiences, or ideas with someone, without prior communication.


Jung believed synchronicity happens when the psyche is internally prepared—when our thoughts, emotions, or intentions are mirrored in the external world. In close relationships, like siblings or life partners, synchronicity may reflect a deeper, subconscious resonance between souls.


---

Synchronicity and Divine Destiny in Islam

Islam offers a profound lens on this idea: Lauh Mahfuzh—the Preserved Tablet—where Allah has written every detail of our existence even before we were created. Everything from birth to death, from provisions to relationships, has been recorded by divine decree.


So what if these “meaningful coincidences” are actually gentle nudges from destiny?


From an Islamic perspective, synchronicity may be seen as the soul brushing against the edges of divine order—a moment where the heart feels the echo of what was already written. Not magic. Not randomness. But divine orchestration playing out in subtle, soulful ways.


As the Qur'an reminds us in Surah Al-Baqarah (2:286):  

"Allah does not burden a soul beyond what it can bear..."


Perhaps through synchronicity, Allah is showing us that we are where we need to be. That the people we meet, the events we witness, and the emotions we feel are part of the path already paved for us.


---

Conclusion: Listening to the Signs

That small, quiet experience with Aisyah and Rezky wasn’t just a funny coincidence. It became a window into something deeper—a reminder that life is never truly random. That there are invisible threads connecting us, guiding us, and weaving our stories together.


Maybe this is how the universe whispers, and how destiny taps us gently on the shoulder.


Our job? To listen. To feel. To realize that life is a journey full of signs—for those who choose to see.


---


Thanks, ChatGPT.

Komentar