Jujur itu Perkara Berat, Komitmen itu Perkara Menyiksa

         Pernahkah kamu mencoba untuk membahagiakan orang lain dengan caramu, namun pada akhirnya kamu sendiri yang kena sialnya? 

        Pernahkah kamu mencoba untuk jujur dengan caramu agar orang lain percaya padamu, yang pada akhirnya kamu tidak dapat dipercaya karena memiliki hal-hal yang seharusnya tidak berkaitan dengan kejujuranmu melainkan mereka mengaitkanmu dengan perangai buruk tentangmu sehingga kejujuran apapun yang kamu nyatakan itu tidak berpengaruh?

        Atau, apakah kamu mencoba dengan mengiyakan orang lain yang tak kamu ketahui temanmu itu begitu menjunjung arti 'komitmen', dan kamu seringkali menggunakannya untuk berusaha membuat temanmu bahagia atau bangga denganmu?

    Okay, semua itu adalah hal yang justru menyia-nyiakanmu. Mengapa demikian?

        Pertama, setiap orang memiliki mindset yang unik, aneh, bahkan absurd  dengan tingkat kesadarannya masing-masing. Tidak semua orang bisa mempercayai kita dengan mudah tatkala kita sendiri memiliki kemampuan yang sangat dipercaya dan terlihat menarik untuk ditunjukkan. Namun, disaat kamu menyatakan dengan cara itu, apakah bisa kamu membuat orang lain bahkan orang yang kamu cintai yakin bahwa kamu adalah orang yang terbaik atau yang jujur dengan dirimu sendiri? Of course not.  Karena, semakin kamu mencoba untuk mendorong dirimu untuk terlihat memesona, menarik, dan penuh gairah dengan kemampuan yang kamu miliki, semakin besar orang lain menaruh kecurigaan tertentu yang tidak kamu ketahui dan mereka memiliki shadow masing-masing tentang sikapmu. Manusia begitu unik dalam menerima atau memproyeksikan sesuatu dari apa yang kita perlihatkan atau yang menjadi pusat perhatian. Ketika itu ditampakkan, maka semua kepala akan 'bekerja' menciptakan proyeksi, baik itu bernilai positif atau negatif, hingga mewujud pada gambaran archetypal yang tidak kita sadari atau tidak diketahui, mereka sedang membenci perkara yang kamu tampakkan! Karena itu, berhati-hatilah untuk tidak terlalu jujur atau terlalu puas diri dengan menunjukkan kemampuan dirimu.

        Kedua, masalah komitmen, hampir mirip dengan masalah mindset. Hanya saja, yang berbeda adalah ketika dari mindset yang kamu miliki itu menjadi sebuah benih kesengsaraan pertama yang akan kamu lalui. Mungkin dari kita ada yang mencoba untuk membangun hubungan dengan orang yang dicintai, namun pada masalahnya, kamu terlalu ingin memuaskan pasanganmu agar mereka menjadi terlalu leluasa untuk bertindak seenaknya padamu, sehingga untuk menyatakan kejujuran atau mengafirmasi sesuatupun, belum tentu kamu didengarnya! Kenapa demikian? Sederhana saja, kamu mencoba untuk menunjukkan apa itu 'bahagia' pada mereka. Namun, disaat kamu terbiasa untuk memberikan segalanya untuk mereka, dengan seketika mindset mereka akan beranggapan bahwa "kamu itu kurang meyakinkan", sebagaimana pandangan dari psikoanalisis, Sigmund Freud, bahwa we see human as savage beast. Manusia menjadi semakin buas dan jahat adalah ketika ada kesempatan bagi mereka untuk mencari kepuasan dari apa yang biasa mereka terima, ingat, bahkan yang mereka konsumsi sehari-hari, sehingga orang lain yang mencoba peduli pun, akan menjadi korban kebuasan dari kita yang seringkali tidak mencoba memahami hati-ke-hati arti tentang 'saling percaya', meski pada akhirnya semua kembali pada pasal 1, yakni "aku selalu benar". Demikian itulah, menjadi orang yang memenuhi janji dan keinginan orang lain bahkan orang terkasih, cenderung menyiksa dirimu.

        Lantas, bagaimana menghindarinya? No, you can't.

        Jika kamu ingin merubah mindset orang lain dengan totalitas, dengan 180 bahkan 360 derajat sikap berubah yang kamu tunjukkan saat itu juga, justru inilah yang menjadi babak kedua cara orang lain memandang anda LEBIH BURUK dari yang awalnya. Bagaimana menghindarinya? Tidak bisa dihindari. Yang pasti, waktu akan selalu mengajarkan manusia untuk tetap bertahan, melatih mental, serta terbiasa hingga pada akhirnya bagimu "itu tidak menyakitkan", kadang kamu telah mencoba jujur, dan kadang kamu juga sudah berusaha yang terbaik versi dirimu. Evaluasi diri saja apa yang harus kamu lakukan, seminimal mungkin, terima semua yang mungkin itu adalah titik lemahmu. Niscaya, orang yang memandang sebelah tentangmu, perlahan akan mengerti kamu. Itu. 

Komentar