Arogansi.

 Aku muak. 

Menjadi diri yang lemah.

Tak terbendung lagi rasa belas kasih,

tuk menaruh empati dalam hati, 

karena dibayar oleh kecewa yang menyakiti. 


Semua orang, tiada lagi tempat tuk memandang

aku sebagai yang dipandang. 

Ataupun, yang dihormati dan diberi dedikasi

sebagai sosok yang disebut 'pembimbing.' 

Lantas,  siapakah aku? 

Cukupkah dengan memenuhi hati kecilnya 

aku mendapatkan apa yang pantas? 

Untuk sekian kalinya, ku tak ingin lagi, 

disukai siapapun karena bersikap baik, 

paras senyum polos dan mudah digunjing, 

hingga rasa memendam dengan hal kecil inilah

menjadi dorongan kuat untuk lebih berani

tuk melintasi sesuatu diluar diri. 



Akankah, aku mampu kembali dulu lagi? 

Entahlah. 

Satu hal pasti. 

Trauma, meninggalkan sejuta makna terpendam

untuk membawa diri menjadi sesuatu yang lain

diluar dari batas yang tak disadari. 

Komentar