Dear New Life

Dear new life,

Sakit sih rasanya di awal ketika sudah memilih orang lain sebagai takdir hidup, tapi masih dihantui rasa cemburu dan insecure dengan diri sendiri yang tak kunjung redup. Ku beri satu hal yang pasti, belajar bahwa kesetiaan bukan membicarakan bagaimana sikap terhadap kasih sayang, melainkan kepantasan harus sejalan dengan yang akan diberikan.

Kecintaan dan kepantasan harus berimbang dalam menuntun pada hubungan yang sah. Bila kecintaan berlebih tanpa melihat kepantasan, maka akan lahir kebinasaan perlahan merusak hubungan jangka panjang. Sebaliknya, bila kepantasan berlebih tanpa melihat kecintaan, maka akan lahir kehampaan karena lebih puas dengan diri sendiri ketimbang melihat pedulinya berbagi dengan orang lain.

Terkadang, kedua hal itu ada untuk membuktikan bahwa masih ada yang namanya batas "wajar". Melatih untuk percaya dengan diri sendiri dan menyalurkan kebaikan atau kepedulian dengan ukuran dan kadar hubungan seharusnya.

Kalau gw misalkan terlalu sayang sama cewek gw, otomatis gw ngerusak kepantasan gw sendiri sebagai laki-laki dan kepantasan dirinya sebagai perempuan. Kenapa? Karena dia berhak untuk mendapatkan akad yang sah dari hukum masyarakat, hukum ilahiah yang memberikan bukti sah untuk legalnya dua takdir dipersatukan sebagai keyakinan utama dan wujud terciptanya spiritualisme jiwa manusia untuk hidup. Kalau gw lebih sayang sama diri sendiri dari cewek gw, mungkin bagus, tapi, gw nggak bisa membuat dia kenal siapa gw, bagaimana gw, dan seperti apa gw. Itulah gunanya ta'aruf. Mengenal. Untuk mengetahui. Hanya dari batas itulah yang bisa disebrangi kedua insan yang ingin bercinta. Alhasil, bila sudah sah keduanya, maka akan ada kepuasan yang Tuhan janjikan kepada mereka yang berusaha mengendalikan rasa takut kehilangan, hawa nafsu berlebih, atau sebutnya perasaan kamuflase yang harusnya tidak semestinya tersalurkan di benak seorang anak manusia yang mau menjalani hidup yang pantas.

Bagaimana dengan sahabat, kerabat, orang jauh-dekat? Sudahkah kita peduli dan engage dengan mereka? Untuk lebih memaksimalkan potensi yang kita miliki, dan untuk menjadi investor masa depan setiap visi dan misi kebaikan yang kita miliki sendiri? Itulah, cinta dan kepantasan harus ada beriringan. Sebagai pencerah bagi mereka yang masih takut dan depresi dengan masa lalu.

Untuk apa kembali dengan masa lalu, disaat kita sudah ditahap mengenal kebutuhan diri sendiri? Saat itulah, ada kedua cinta dan kepantasan, yang menjadi perantara dan saksinya adalah, keikhlasan. Sesuatu yang mutlak tanpa terbantahkan karena ikhlas sendiri yang berarti, memurnikan bahwa Allaah, Tuhan Yang Maha Esa. Satu-satunya saksi yang teradil dari sudut pandang kemampuan manusia di muka bumi.



Karena itu,

Please jangan bodoh kalau udah punya pasangan. Bodohlah untuk mencari lebih tentang ketidaksadaran diri ini. Masih banyak yang tidak permah kita sadari di dalam ketidaksadaran pribadi kita, dan ketidaksadaran yang diwariskan leluhur kita, ketidaksadaran kolektif. 

Jika kamu mau menuju ke sana, mari, aku berikan gerbang utamanya di tulisanku berikutnya. 

See you, on the gate. 

🎇

Komentar